Kekeringan Mulai Dikeluhkan Petani

jabarekspres.com, NGAMPRAH- Para petani di Desa Batujajar Kecamatan Batujajar Kabupaten Bandung Barat mulai mengeluhkan kondisi sulitnya mendapatkan air di musim kemarau ini. Tak heran, bila pesawahan di area tersebut mulai kekeringan dan meminta bantuan pemerintah daerah. Hal itu diungkapkan salah seorang petani Usep,50, ditemui Bandung Ekspres, kemarin.

Menurut dia, saat ini lahan yang sedang digarap tengah memasuki masa panen. Namun, kondisi cuaca seperti saat ini mulai mengancam soal kekurangan air yang mengakibatkan kekeringan. “Cuaca saat ini panas dan kemarau sehingga sawah mulai kekeringan. Karena memang air sulit didapat. Mudah-mudahan pemerintah daerah dapat mencarikan solusinya,” katanya.

Diakuinya, di lahan 150 tumbak sawah yang digarap dirinya bisa memanen hingga kurang lebih 1 ton gabah kering. Secara umum, gabah yang dia panen jika dijual dalam keadaan basah atau gabah kering biasa mencapai Rp550.000 per kwintal, sedangkan untuk gabah basah bisa mencapai Rp450.000. “Tapi tetap hasil panenanya bergantung pada kondisi cuaca,” paparnya.

Tak hanya di Batujajar, pesawahan di Cipatat mulai kekeringan. Ini akibat Irigasi Pasirangin di Kecamatan Cipatat yang rusak akibat longsor sejak Oktober 2016 akan segera diperbaiki di tahun ini. Rusaknya irigasi ini menyebabkan areal pertanian di empat desa di Cipatat mengalami kekeringan.

Kepala Bidang Pengairan pada Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang KBB Tanwar Syarifudin menyatakan, masyarakat dan petani di area tersebut diminta bersabar lantaran perbaikan akan segera dikerjakan dalam waktu dekat. “Lelang untuk perbaikan irigasi tersebut dilakukan Juli ini. Setelah selesai lelang, langsung dilakukan perbaikan. Jadi September nanti air sudah kembali normal,” katanya.

Tanwar menambahkan, rusaknya Daerah Irigasi Pasirangin di Cipatat itu murni akibat bencana alam. Longsor menyebabkan talang penyalur air patah, sehingga memutus aliran air dari bendung irigasi di Desa Sumurbandung. Kondisi itu menyebabkan lahan pertanian seluas 521 hektare di Desa Kertamukti, Sumurbandung, Sarimukti, dan Cipatat kurang pasokan air. Akibatnya, para petani mengalami gagal tanam selama dua musim. “Ini merupakan murni bencana alam. Yang terparah berada di Desa Kertamukti, luasnya sekitar 300 hektare,” ujarnya. (mg6/bun)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan