Upaya La Hami dan Layala Terus Berkarya lewat Rumah Musik Harry Roesli (RMHR)

Di samping itu, RMHR pernah memiliki program kursus musik untuk umum. Program umum tersebut berbeda dengan proyek sosial Harry kepada anak jalanan, dikenai biaya kursus. Ketika itu beberapa anak jalanan alumnus DKSB dan RMHR yang menjadi pengajar. Tapi, kursus untuk umum tersebut sudah dua tahun ini ditutup. ”Sudah enggak ada peminatnya,” kata Hami.

Sekarang industri musik bergeser ke ranah digital. Orang bisa belajar musik dari YouTube. Rekaman bisa dilakukan dari rumah. ”Tidak apa-apa, zamannya memang begitu. Kami diajari almarhum untuk tidak terpaku dan bisa menerima perubahan zaman. Bukan menjadi bunglon, tetapi adaptif,” paparnya.

Namun, bagi siapa saja yang ingin datang dan belajar musik, termasuk anak jalanan, pintu RMHR terbuka lebar. ”Ayo kita sharing ilmu,” ucapnya. Dia ingin meneruskan apa yang dikerjakan almarhum ayahnya semasa hidup.

Hami mengakui, tak mudah bertahan dan berupaya menjaga ”lampu di meja kerja” almarhum. Sembari terus mencari ”lampu” yang dimaksud, Hami dan Layala beserta sang ibu Kania Handiman Roesli berusaha mengembalikan fungsi RMHR sebagai tempat berkumpulnya komunitas kreatif.

Dia mengingat, sang ayah dengan teman-teman seniman kerap berkumpul di rumah itu, sharing pemikiran, hingga kemudian menghasilkan sesuatu. (Alm) Didi Petet termasuk yang dekat dengan Harry semasa hidup.

Juga Sasongko Widjanarko atau yang lebih dikenal dengan Mang Saswi di program Ini Talkshow di Net. ”Mang Saswi masih sering datang, main, atau rekaman di sini. Sudah seperti paman sendiri,” kata Hami. Saswi merupakan salah seorang murid DKSB.

”Bapak pernah bilang, kalau mau bergerak, harus ngumpul,” ujar Hami yang juga dosen desain interior di Telkom University Bandung. Aktivasi RMHR digalakkan kembali mulai awal 2016 ini. Kegiatannya beragam. Di antaranya membuat acara open mic untuk performance musik akustik, workshop untuk anak membuat mainan kreatif lewat subdivisi Rumah Main, mengundang komunitas SoundCloud Bandung, hingga pertunjukan teater dan sastra.

Maret akan ada pameran lukisan serta penampilan Nia Aladin, seorang pemain biola dan harpa. Dalam acara tersebut Nia juga akan memberikan workshop biola dan harpa untuk anak-anak. Kemudian, April direncanakan ada pameran Kutu Buku. ”Intinya berkarya. Karena manusia kalau sudah tidak menghasilkan karya, maka akan mati,” tuturnya.

Tinggalkan Balasan