Telaga Claket, Tempat Biyung Emban Bidadari Mandi

SEBUAH telaga cantik di Dusun Ngawen, Desa Sendangijo Kecamatan Selogiri, Wonogiri, Jawa Tengah.  Orang sering menyebut Telaga Claket. Masyarakat sekitar percaya bahwa telaga ini merupakan tempat mandi biyung emban para bidadari. Bagaimana kisahnya?

IWAN KAWUL, Selogiri

TELAGA Claket terbentuk secara alami. Berawal dari pembangunan Waduk Gajah Mungkur dan Dam Colo. Akibat badan jalan dinaikkan, karena tegalan berbentuk cekungan, akhirnya terciptalah sebuah telaga ini.

“Ini terbentuk sejak 1978. Awalnya ada peninggian badan jalan karena pembangunan Waduk Gajah Mungkur,” kata Wagino Ninek, ketua Komunitas Tumbuh Bersama Tlogo Claket.

Berada di Telaga Claket, akan disuguhi pemandangan pegunungan dan telaga sangat menawan. Sebuah dermaga juga tampak berdiri tegap di pinggiran Telaga. Dermaga ini merupakan salah satu tempat menarik untuk berfoto ria.

Untuk masuk ke Telaga Claket, pengunjung cukup hanya membayar Rp  5 ribu. Itupun jika masuk ke spot terbaik untuk mengambil foto. Memang, selama ini promosi untuk pariwisata masih kurang.

“Ya harapannya sih bisa dikembangkan lagi untuk pariwisata. Selama ini kami hanya lewat media sosial promosinya,” paparnya.

Masyarakat setempat percaya bahwa gunung di sebelah barat Telaga Claket merupakan sebuah kerjaaan bidadari. Kemudian, pada setiap waktu dipercaya biyung emban para bidadari itu turun ke Telaga Claket untuk mandi.

“Di sebelah barat Telaga Claket merupakan Gunung Widodaren. Dipercaya banyak bidadari. Dahulu seringkali digunakan sebagai tempat ritual. Sekarang ritual pada bulan Sura,” katanya.

Telaga Claket seluas kurang lebih sekitar 1 hektare. Hampir setiap musim telaga ini selalu terisi air. Tidak pernah kering. Banyak warga berkunjung pada hari libur. Apalagi, saat liburan panjang.

“Kalau sore ya lumayan banyak. Biasa untuk menghabiskan waktu menikmati pemandangan,” ujarnya.

Selama ini, Telaga Claket tidak digunakan sebagai sumber irigasi. Komunitas atau pengelola telaga selama ini menggunakan sebagai area wisata memancing.

“Para pemancing biasa datang pada malam hari. Kalau malam juga ramai, tapi ramai pemancing,” ujarnya. (sam/jpnn)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan