Sertu Bagus Dimakam di Kalibata

Ai mengatakan, sebenarnya Bagus mempunyai cita-cita jadi polisi. Tapi, saat itu, Bagus tidak lolos tes. Tidak patah semangat, Bagus pun kemudian mendaftar ke TNI, dan akhirnya lolos tes.
”Ketika lulus, sebenernya Bagus ingin ditugasin di polisi militer (PM). Sebab, nilainya tinggi. Kemudian, dia ditugaskan di penerbang di bagian mekanik,” tandasnya.
Menurut Ai, Bagus merupakan satu dari 25 orang yang lolos ujian. Bahkan, secara khusus, atasannya mengungkapkan kepada orangtuanya harusnya bangga anaknya karena Bagus terpilih menjadi penerbang. ”Tidak semua bisa. Dan sangat susah untuk digapai orang lain,” jelasnya.
Menurut Ai, dirinya bertemu terakhir dengan Bagus pada 24 Februari lalu. Saat itu, Bagus pulang untuk menjenguk anak pertamanya dan menengok orangtuanya di Rancaekek.
”Kata orangtuanya, saat itu Bagus sekalian pamit ke orangtua serta adik-adiknya untuk bertugas di ke Poso. Padahal baru pulang tugas dari Kupang,” jelasnya.
Ai juga mengatakan, sebelum terjadi ledakan itu, sekitar pukul 16.30, Bagus masih BBM-an dengan ibunya. Isinya, dia sedang melaksanakan tugas pengejaran kelompok faham radikalisme Santoso.
”Dia sempat cerita sedang mengejar kelompok Santoso, sudah menangkap tiga orang. Tapi percakapan bbm tersebut terputus,” urainya.
”Ibunya penasaran, lalu nelephone langsung pada Bagus. Tapi tidak diangkat-angkat. Bahkan sampai sekarang handphonenya mati total,” tambahnya.
Disinggung mengenai ada tidaknya firasat keluarga mengenai kepergian korban, Ai mengatakan, adiknya Destri sempat memiliki perasaan tak enak terkait kakaknya.
”Adiknya Destri sebelumnya sempat bermimpi, katanya Bagus memakai baju putih dan berkata menitipkan anaknya yang baru berusia 5 bulan itu. Kami tidak menyangka, itu firasat kepergian Bagus,” pungkasnya. (yul/rie)

Tinggalkan Balasan