Sepuluh Rumah Warga Terbelah

bandungekspres.co.id – Sebanyak sepuluh rumah di Kampung Tanjungjaya Desa Porwasari, Kecamatan Cisayong Kabupaten Tasikmalaya terbelah akibat pergeseran tanah, Sabtu (19/3). Satu keluarga sudah mengungsi karena dikhawatirkan tempat tinggalnya ambruk.
Ketua RT setempat, Ita, 53, menjelaskan retakan tanah sudah terjadi sejak Rabu (16/3). Namun retakan mulai parah pada Kamis malam. Di mana saat itu terjadi hujan yang cukup deras sekitar pukul 23.00. “Sedikit-sedikit retaknya dari mulai guratan jadi membesar,” ujarnya saat ditemui kemarin.
Di lingkungan permukiman itu terdapat 14 rumah yang terancam. Sepuluh diantaranya sudah mengalami keretakan. Bahkan ada dua keluarga yang tinggal serumah, yaitu keluarga Oyo, 70, dan Dede Koko, 35, langsung mengungsi ke rumah lainnya. Karena khawatir tempat tinggalnya ambruk. “Ada enam rumah yang retaknya parah. Diantaranya ada yang sudah ngungsi ke rumah saudaranya, tapi masih di sini,” terangnya.
Salah satu korban pergeseran tanah Kampung Tanjungjaya, Tio, 65, mengatakan, setiap malam dia tidak bisa tidur dengan tenang karena bunyi retakan kerap terdengar. Hal itu membuat rumah perempuan lanjut usia itu terus terbelah. Menggaris dari belakang hingga depan selebar satu jengkal yang merusak tiga ruang kamar. “Kalau hujan sudah pasti retakannya cepat, setiap malam jadi tidak tenang,” katanya.
Warga lainnya, Eka Agustin juga mengalami hal serupa. Rumahnya mengalami retak-retak akibat pergeseran tanah. Dia bersama warga lainnya kerap menimbun retakan supaya air tidak terus membelah tanah yang menjadi alas rumah mereka. “Kalau tidak ditutupi pas kena air jadi cepat terbelahnya,” katanya.
Sementara, Badan Penanggulangan Bencana Daerah dan Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Tasikmalaya sudah mengecek lokasi dan mendirikan tenda darurat. Jika di lokasi mengalami hujan deras, tenda itu menjadi tempat warga berlindung.
Kepala BPBD Kabupaten Tasikmalaya H Kundang Sodiqin mengatakan bahwa pihaknya sudah megecek ke lokasi pergeseran tanah di lokasi itu. Bantuan berupa tenda darurat pun sudah didirikan sebagai tempat pengungsian darurat. “Setelah mendapat laporan, kami juga langsung ke lokasi,” ungkapnya.
Informasi pergeseran tanah itu sudah diinformasikan ke Badan Geologi untuk diteliti lebih jauh. Jika dinilai sudah tidak layak untuk ditempati, mau tidak mau warga harus mengosongkan area tersebut. “Kalau memang membahayakan warga, ya lebih baik dikosongkan,” ujarnya.

Tinggalkan Balasan