Sepahit Apa pun Tahun, Jangan Ragu Berekspansi

Aksa Mahmud tentang Peran Korporasi Swasta

”Ombak terbesar menggulung kita pada 1997-1998. Kenapa mesti gentar lagi pada gelombang?”

Aksa Mahmud memperbaiki letak kacamata. Urat wajahnya lebih kentara lantaran senyum. Sambil menatap dinding kaca di hadapannya, dia melontarkan kalimat yang penuh gelora itu.

HM AKSA MAHMUD
HM AKSA MAHMUD

PENDIRI dan chairman kelompok usaha Bosowa Corporation tersebut mengenang peristiwa yang telah berlalu hampir dua dekade. Krisis ekonomi yang menerpa Indonesia saat itu disebutnya sebagai latihan yang menguatkan.

Itu pula yang membuat Aksa sama sekali tak mengeluhkan 2015, tahun yang diwarnai perlambatan ekonomi

Mata uang melemah. Harga komoditas anjlok. Pembangunan tak agresif. Dampaknya, bisnis semen yang juga salah satu lini bisnis Bosowa ikut terpengaruh.

”Toh kuartal keempat tahun lalu, situasi perlahan membaik,” ujarnya saat bincang dengan harian Fajar (Jawa Pos Group) di Novotel Makassar Grand Shayla Jumat lalu (15/1).

Di hotel miliknya itu, Aksa sesekali melayani tamu yang datang silih berganti menyodorkan berkas-berkas. ”Mereka investor yang ingin bekerja sama dengan Bosowa. Awal tahun yang baik bukan?” tuturnya.

Ya, Aksa baru saja memberikan contoh yang konkret. Di tengah optimisme yang meluap, adik ipar Wapres Jusuf Kalla itu tetap meminta semuanya mencermati kondisi global. Riuh trompet dan kembang api malam pergantian tahun tidak berarti 2016 bisa penuh pesta. Sebab, faktanya, ekonomi Tiongkok masih melemah. Padahal, negara itu mitra dagang utama Indonesia.

Tetapi, kata Aksa, liku-liku bisnis memang seperti itu. Lagi-lagi republik ini sudah kenyang pengalaman dengan banyak contoh situasi kurang menyenangkan. Tenang saja.

Pria kelahiran Barru, Sulsel, 16 Juli 1945, itu juga cukup antusias karena perekonomian Asia sudah makin menggigit. Apalagi, khusus Asia Tenggara, era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) dia nilai akan sangat membantu bila para kontestannya bermain fair. Tidak saling sikut.

Satu hal yang ditakutkan Aksa adalah tidak akurnya tiga macan Asia. Korea Selatan (Korsel), Jepang, dan Tiongkok bersaing sangat ketat dan tak jarang berupaya saling menjatuhkan. Aksa mencontohkan pengerjaan pembangkit listrik 35 ribu megawatt di Indonesia. Bila sudah ada Korsel di dalam sebuah proyek, Jepang ogah merapat. Tiongkok menjauh. Begitu juga sebaliknya.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan