Saatnya Orang Baik Itu Memenangi Tantangan Terberatnya

bandungekspres.co.id – KEBANYAKAN pelatih sepak bola terlihat egomaniak, yang lebih mengedepankan sisi egonya. Tidak seperti Claudio Ranieri yang tampak seperti pastur dari Italia. Berambut putih, berkacamata, dan murah senyum, dia menyaksikan serangan balik timnya Leicester City menuju kejayaan. Mereka memulai Premier League dengan kans juara 5.000/1 di bursa taruhan.

Tadi malam, nyaris Ranieri membawa timnya memastikan juara Premier League andai tidak tertahan imbang di Old Trafford, Manchester. Gelar bagi klub dari kota di Midlands yang biasa-biasa saja, gelar pertamanya dalam 132 tahun sejarah Leicester. Sejarah pula bagi Ranieri.

Ini bisa jadi kali pertama dia membawa klub juara di kompetisi kasta pertama dalam 29 tahun karirnya sebagai pelatih. ”Ranieri adalah pecundang yang sempurna, Loser, dan dengan L huruf kapital,” kata Tommaso Pellizzari, penulis sepak bola Italia dalam kolom Simon Kuper.

”Setiap orang di Italia berpikir bahwa Ranieri sosok yang bagus, sopan, baik, tapi tolong jangan pernah memanggil dia untuk datang ke dalam klub saya,” lanjut Pellizzari. Apakah Ranieri tiba-tiba menjadi sosok yang jenius dalam usianya yang sudah menapak 64 tahun?

Besar di sebuah apartemen di atas toko daging ayahnya di Roma, Ranieri menjadi pendukung AS Roma. Di klub itu juga dia memulai debut profesionalnya (musim 1973-1974). Namun, berikutnya dia segera turun ke klub yang kastanya lebih rendah (main di Catanzaro, Serie B).

Tapi, rekor Ranieri yang bermain sebagai full back itu ketika memperkuat klub di Serie A lumayan bagus. 164 laga Serie A dijalani tanpa kartu kuning. ”Ranieri itu pemain yang cerdas, dia juga seperti pelatih di lapangan,” puji Gianni de Biassi, rekan setimnya selama di Palermo, yang kini menjadi pelatih timnas Albania.

Ranieri menjadi pelatih yang disegani di Italia dan Spanyol, sekalipun belum pernah meraih juara liga. Chelsea yang membawanya ke Inggris pada 2000. Dengan senyum lebar, sedikit ego, Ferrari hitam, dan pakaian Italia-nya mencuri perhatian.

Frank Lampard yang saat itu masih bermain untuk The Blues –julukan Chelsea– mengomentari Ranieri. ”Dia punya perasaan yang peka dengan lingkungan di sekitarnya. Cara dia berpakaian, cara mengemudikan mobil, itu jadi bagian yang tidak terpisahkan dari Ranieri di klub,” begitu kata Lampard yang sekarang bermain di New York City FC (NYCFC) itu.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan