Saatnya Orang Baik Itu Memenangi Tantangan Terberatnya

Ranieri nyaris tidak bisa berbicara dalam bahasa Inggris. Namun, dia menegaskan bahwa dirinya pelatih yang bertipikal Italia. Pelatih yang berorientasi pada gaya bermain bertahan. Ranieri berkata ke pemainnya untuk berpikir layaknya seorang petinju. ”Kamu bertahan, lalu tunggu waktu yang tepat untuk menyerang,” begitu kata-kata Ranieri pada pemainnya.

Hanya, gaya melatihnya itu tidak sesuai dengan klub besar. Bahkan, di awal-awal rezim Roman Abramovich pada 2003 yang mendatangkan bintang-bintang mahal ke Stamford Bridge, Ranieri hanya fokus kepada kekuatan lawannya. Lampard pernah mengingatkan Ranieri sebelum laga melawan Arsenal.

”Bagaimana mereka akan menghancurkan kami lebih dari 90 menit,” begitu kata Lampard. Ranieri menjawab bahwa dia juga resah dan terus menerus menggonta-ganti line-up. ”Saya Tinkerman itu,” ungkap Ranieri. Julukan itu yang masih melekat kepada Ranieri sampai sekarang.

Abramovich pun menghabiskan musim 2003-2004 untuk mencari nahkoda baru. The Tinkerman, dalam kata-katanya sendiri menganggap dirinya ”Dead man walking”. Dengan seluruh penghinaannya dia mempertahankan harga diri, hingga di akhir musim dia pergi dari Stamford Bridge.

Hanya dikagumi sebagai sosok manusia, bukan pelatih. Jose Mourinho sebagai penggantinya kerap mengejek Ranieri. Mourinho dan Ranieri kemudian disebut-sebut sudah jadi seperti musuh bebuyutan. Begitu ada yang menanyakan apa alasan Chelsea mengganti Ranieri, maka Mourinho menjawab: ”Mereka ingin menang.”

Hinaan itu terus bertahan. Selepas dari Chelsea, beberapa klub besar Eropa pernah dia tangani. Meski masih dalam tahapan yang bagus, Ranieri tidak pernah memberikan gelar juara, atau bahkan hanya melatih dalam dua musim saja. Pada 2014 silam, Ranieri dipecat dari pelatih timnas Yunani setelah dikalahkan Kep Faroe di Athena 0-1, pada 10 Nopember 2014.

Musim panas tahun lalu, Ranieri ditunjuk menjadi pelatih Leicester. Guardian pun menyimpulkan kebijakan itu kurang tepat. ”Kalau Leicester ingin pelatih bagus, okay dia (Ranieri) punya itu. Tapi, kalau mencari sosok yang bisa menjaganya di Premier League maka mereka memilih sosok yang salah,” tulis Guardian.

Bedanya, kali ini Ranieri masuk dalam situasi yang lebih baik. Fans Leicester dan media terpaku kepadanya. Yang terpentng adalah bagaimana klub memainkan bakatnya. Leicester memenangi tujuh dari sembilan laga terakhirnya. Pencari bakatnya memegang peran penting dengan menemukan sosok-sosok yang diremehkan.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan