Prihatin Minimnya SPBU, Budiyanto Ciptakan SPBU Digital ala Garut

Ada beberapa komponen yang harus dia kuasai untuk bisa membuat mesin SPBU tersebut kembali hidup. Di antaranya, pompa roda gigi (gear pump), alat ukur (assy meter), dinamo pompa, dan alat pengerem (solenoid valve). “Kalau pemrogramannya, saya belajar dari teman,” ujarnya.

Agar benar-benar menguasai komponen mesin itu, Budi membutuhkan tiga unit mesin SPBU bekas sebagai kelinci percobaan. Tiga mesin tersebut dia bongkar-pasang untuk mengetahui cara memperbaiki, bahkan membuatnya. ”Dari eksperimen tiga mesin SPBU bekas itu, saya habis sekitar Rp 100 juta,” ungkapnya.

Akhirnya, pada awal 2007 Budi mulai memberanikan diri membuka usaha pembuatan mesin SPBU. Dia menjamin mesin buatannya sama persis dengan mesin SPBU impor dari Jepang dan Tiongkok.

Selain berjualan mesin, Budi masih menjual bensin eceran. Akibatnya, dia sering berurusan dengan polisi dan lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang memerkarakan usaha jualan bensin eceran dengan mesin SPBU buatannya.

Padahal, saat itu jumlah SPBU di Garut masih terbatas. Untuk bisa mendapatkan bensin, warga di desa Budi harus ke pusat kota yang berjarak lebih dari 20 km.

”Saya hanya bermaksud membantu masyarakat dengan mendirikan SPBU di desa. Tapi, kok seperti tidak didukung. Bukan hanya polisi, orang-orang LSM juga sering menakut-nakuti,” tuturnya.

Selama membuka usaha pembuatan mesin SPBU, beberapa karyawan Budi keluar masuk. Yang keluar kemudian mendirikan usaha pembuatan mesin SPBU sendiri. Kini sedikitnya ada 15 produsen mesin SPBU di Garut. Bagusnya, mereka tetap rukun, bahkan kemudian membuat paguyuban yang diberi nama POM Mini atau ada yang menyebut Pertamini.

Dampak lainnya, sekarang semakin banyak penjual bensin eceran yang menggunakan mesin SPBU digital di Garut. Dari pantauan Jawa Pos, di sepanjang Jalan Kamojang yang mengarah ke tempat tinggal Budi saja ada 30 penjual. ”Jadi, sekarang produsen mesin SPBU-nya menjamur, penjual bensinnya membanjir,” paparnya.

Bagaimana soal keamanannya? Budi menjamin mesin produksinya memiliki tingkat keamanan yang tinggi. Ada sistem tombol darurat yang bisa menghentikan aliran bahan bakar bila terjadi kebakaran. ”Tapi, biasanya pembeli meminta mesin yang sederhana saja, disesuaikan dengan kemampuan keuangannya,” katanya.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan