Piter Pureklolong, Membangun Rumah Baca di Kawasan Liar

Semua rumah baca itu menerapkan aturan yang sama dengan yang di Kampung Air. Perpustakaannya bisa diakses siapa saja, sedangkan uang sekolah yang sekitar Rp 15 ribu itu untuk operasi saja. Itu pun kalau tidak mampu juga digratiskan. ”Saya sangat bangga bisa membantu orang. Saudara-saudara kita yang di ruli berhak atas pendidikan yang layak, berhak untuk mendapatkan pengetahuan,” tuturnya.

Piter mengaku memang keluar tidak sedikit uang untuk membangun semua rumah baca itu. Tapi, dia memastikan bahwa pengeluarannya tersebut tak sampai mengganggu jatah untuk keluarga. Piter menyatakan tergerak membantu masyarakat strata bawah di kawasan ruli karena sebenarnya dirinya juga berasal dari keturunan orang kurang mampu.

Rumah Baca Kampung Air merupakan yang pertama dia bangun, persisnya pada 2005. Ketika itu Piter melihat banyak anak di Kampung Air yang masih jauh dari dunia pendidikan dan buku.

Ruli di Batam, kawasan yang dulu didesain untuk menyaingi Singapura yang selemparan batu dari sana, merebak karena banyaknya lahan tidur. Kepada Batam Pos Februari lalu, anggota DPR yang juga mantan Wali Kota Batam Nyat Kadir mengatakan, itu terjadi karena Badan Pengusahaan (BP) Batam tidak tegas.

Menurut Nyat Kadir, lahan tidur di Batam semestinya ditarik setelah dua tahun tak dimanfaatkan. Meski memang ada lahan yang telantar karena sengketa.

Batam merupakan salah satu kota dengan pertumbuhan terpesat di Indonesia. Mengutip Wikipedia, ketika dibangun pada 1970-an oleh Otorita Batam (saat ini bernama BP Batam), kota tersebut hanya dihuni sekitar 6.000 penduduk. Kini penduduknya menembus 1 juta lebih.

Salah satu penyebab ledakan populasi itu adalah tingginya tingkat pendatang. Pendatang yang tak punya skill dan gagal bersaing mendapatkan sumber pendapatan memadai akhirnya terkonsentrasi di berbagai ruli. Kendati kerap digusur, ruli-ruli baru dengan cepat bermunculan lagi.

Piter tak mau berkutat dengan peliknya persoalan lahan yang kemudian berubah menjadi ruli. Dia hanya ingin berbuat sesuatu agar anak-anak kawasan ruli tetap punya bekal untuk masa depan.

Untuk rumah baca pertamanya di Kampung Air, pengadaan buku awalnya sepenuhnya menggunakan uang pribadi. Dia kemudian membangun relasi, baik ke organisasi maupun individu, sampai ke Singapura.

Tinggalkan Balasan