Petani Pertanyakan Anjloknya Harga Gabah

bandungekspres.co.id, NGAMPRAH – Wakil Bupati Bandung Barat Yayat T Soemitra meninjau langsung kondisi para petani yang tengah mencocok padi dan masa panen di Desa Bojongkoneng, Kecamatan Ngamprah Kabupaten Bandung Barat, kemarin (26/4). Kedatangan orang nomor dua di Kabupaten Bandung Barat ini setelah mendengar informasi tentang anjloknya harga gabah pada panen raya tahun ini. Saat ini harga gabah kering giling (GKG) Rp 3.500 per kilogram, jauh di bawah harga sebelumnya yang berada pada kisaran Rp 4.500 sampai Rp 5.500 perkilogram.

Salah seorang petani Ano, 36, warga Kampung Bojongkoneng Nempel, RT 1/RW 11, Desa Bojongkoneng, Kecamatan Ngamprah menuturkan, hasil panen di Bojongkoneng bila dijual dengan hitungan per kilogram mencapai Rp 3.500. ”Memang tidak rugi, tapi untung juga tidak. Harapannya, pemerintah daerah turun tangan bagaimana menstabilkan harga gabah jangan sampai terus turun,” kata Ano dihadapan wakil bupati.

Baik Ano maupun belasan petani yang sedang berada di tengah sawah berharap ada campur tangan pemerintah dalam menentukan harga gabah. Jangan sampai harga jualnya turun, namun di sisi lain harga pupuk melonjak naik. Iapun mengaku tidak mengetahui adanya program ”Sergap Gabah” yang digulirkan Bulog. Program itu untuk menyerap atau membeli gabah hasil panen petani dengan harga terendah Rp 3.700 perkilogram.

Sementara itu, Yayat mengungkapkan, rendahnya harga gabah yang sedang dihadapi petani menjadi persoalan klasik. Di mana pada saat panen raya, petani harus menjual gabah dengan harga rendah. Sebaliknya pada saat paceklik, petani harus membeli beras dengan harga tinggi. ”Bulog memang memiliki peran strategis dalam mengendalikan harga. Salah satunya melalui  program sergap gabah. Namun sampai sekarang belum tersosialisasikan secara merata. Buktinya, petani di Bojongkoneng ada yang tahu program itu tapi banyak pula yang tidak tahu,” kata Yayat.

Petani mempertanyakan mekasime pembelian gabah oleh Bulog. Jika harus dijual ke Bulog dengan cara dikirim akan membebani petani. Sebab harus mengeluarkan tambahan biaya transportasi. ”Memang kalau petani yang harus mengirim barang itu ke bulog akan membuat petani rugi karena harus mengeluarkan uang tambahan,” ujarnya.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan