Perkembangan Aksi Fotografi Dokumenter

bandungekspres.co.id – Menyambut Hari Konferensi Asia Afrika, Institut Francais Indonesie Bandung bekerja sama dengan Museum Konferensi Asia Afrika menggelar Pameran Aung San Suu Kyi yang bertajuk A Portrait in Words and Pictures. Pameran fotografi yang mengusung pejuang Myanmar ini akan berlangsung 1–14 April 2016. Pameran foto karya Christophe Loviny mengangkat tokoh pemenang nobel perdamaian di Myanmar, yaitu Aung San Suu Kyi.

Menurut Kepala MKAA Thomas Ardian Siregar, sosok Aung San Suu Kyi merupakan salah satu pejuang demokrasi bagaimana berjuang untuk merdeka, tetapi tidak dengan cara kekerasan. Terutama Birma (sebelum Myanmar) menjadi salah satu pencetus Konferensi Asia Afrika. ’’Adanya pameran foto ini sebagai pra-event peringatan ke-61 KAA,’’ ungkapnya kepada Bandung Ekspres, kemarin.

Dengan adanya pameran foto ini, diharap pengetahuan para pengunjung bisa meningkat. Terutama terkait peranan Indonesia dalam perdamaian. Adanya KAA, sebagai komitmen Indonesia dalam perdamaian. ’’Terkait dengan Birma, pihak Indonesia tidak membiarkan melawan sendiri para penjajah,” ungkapnya.

Indonesia berlatar belakang yang mirip dengan Myanmar. Walaupun begitu, Indonesia akan selalu mengawal negara-negara lainnya yang belum merdeka.

Berbekal pengalaman hidupnya selama 30 tahun tinggal di Myanmar, fotografer dari Prancis, Christophe Loviny, menuturkan mencakup terkait isu-isu terkait dengan Aung San Suu Kyi dalam memeroleh kebebasan. Termasuk kehidupan pribadi yang menjadi kontruksi dasar aksi politiknya. ”Aung San Suu Kyi merupakan sosok oposisi terhadap militer yang berkuasa di Myanmar. Pada tahun 90-an, Aung San Suu Kyi sempat menang dalam pemilu, akan tetapi digagalkan junta militer,”

Menurut pria yang tertarik pada kebudayaan Asia yang hilang itu, tujuan utama pameran ini adalah membawa perkembangan gerakan fotografi dokumenter. ”Hal itu bermaksud untuk memberikan semangat juang Konferensi Asia Afrika,” sahutnya.

Sementara, perwakilan IFI Bandung, Didier Vuillecot menyatakan, pameran ini merupakan salah satu bentuk perayaan kemerdekaan dan demokrasi negara–negara Asia-Afrika. Sebuah momen di mana seluruh negara yang dulunya dijajah secara bersama-sama menemukan sisi kebebasan. “Alasan kami mengadakan pameran foto dari negara Myanmar ini karena fotografer yang mengabadikannya ialah orang Prancis,” ucap Didier. (nit/vil)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan