Penggunaan Bahasa Sunda Jangan Sekedar Menghafal

bandungekspres.co.id – Belum efektifnya penggunaan Bahasa Sunda di sekolah menjadi hal yang sangat mengkhawatirkan. Pasalnya, Bahasa Sunda di sekolah seakan menjadi daya paksa. Anak-anak hanya belajar menghafal saja. Padahal lebih dari itu, Bahasa Sunda perlu ada implementasi.

Hal tersebut diungkap oleh Guru Besar Sejarah Universitas Padjajaran (Unpad) Nina Lubis kepada saat peluncuran buku Sejarah Kebudayaan Sunda. ”Anak-anak di sekolah hanya belajar menghafal saja. Bahasa Sunda itu lebih dari menghafal,” katanya usai seminar di Museum Negeri Sri Baduga kemarin (10/3).

Dalam kesempatan tersebut, dirinya ingin buku yang ditulisnya itu bisa menjadi rujukan pembelajaran Bahasa Sunda terutama di tingkat sekolah menengah yang ada di Jawa Barat. Untuk itu, dirinya ingin buku karyanya itu bisa dibaca oleh lebih luasnya masyarakat Jawa Barat, baik masyarakat Sunda ataupun non Sunda.

Dirinya ingin masyarakat Jawa Barat bisa mengerti sejarah Jawa Barat dan juga budaya yang ada di dalamnya. Selebihnya juga buku tersebut bisa dibaca oleh para DPRD Jawa Barat ikut membaca.

Buku tersebut tidak hanya ditulis olehnya sendiri. Melainkan ditulis oleh tujuh oranglainnya dari berbagai latar belakang. Sehingga dapat menganalisis Jawa Barat dari berbagai sisi. Menurutnya buku tersebut ditulis dalam waktu yang cukup lama. Sekitar enam bulan pihaknya baru bisa menyelesaikan.

”Ada banyak kendala karena menggabungkan berbagai latar belakang penulis dengan karakter penulisan yang berbeda,” ucapnya.

Selain menulis, dia juga bertugas untuk mengedit dan menyelaraskan tulisan-tulisan yang ada. Tidak lupa pihaknya juga memberikan terima kasih kepada Ketua DPRD Jawa Barat, Ineu Purwadewi Sundari dan Anggota DPR RI TB Hasanuddin yang telah membantu penerbitan buku tersebut.

”Kalau nggak ada bantuan mereka saya nggak bisa menyelesaikan buku tersebut,” katanya.

Di tempat yang sama, penulis lainnya, Miftah Falah menjelaskan saat ini kearifan budaya lokal dipakai terkait pembangunan. ”Kearifan budaya lokal tersebut diambil dari budaya orang sunda di mana saat ini menjadi paradigma alternatif, pembangunan berkelanjutan,” katanya.

Hal itu terkait terlihat memiliki instrumen dari lingkungan, sosial dan ekomoni. Orang Sunda tidak menjadi seorang fighter melainkan lebih mengutamakan kebersamaan dan mengutamakan berkesinambungan. ”Hal itulah yang menjadi ciri khas dari pembangunan saat ini. Dan sebagai orang Sunda kita patut berbangga diri dengan apa yang menjadi ciri khas,” pungkasnya. (nit/fik)

Tinggalkan Balasan