Pengelola Maribaya Mengecewakan, Pedagang Merasa tak Diperhatikan

bandungekspres.co.id, LEMBANG – Sejak dibukanya Maribaya Natural Hot Spring Resort, PT Akurasi Kuat Mega Indonesia kembali menuai masalah. Kali ini, masyarakat dan pedagang dari tiga desa, yaitu Desa Langensari, Cibodas, dan Wangunharja, Kecamatan Lembang, merasa kecewa terhadap pengelola Maribaya lantaran masalah rekrutmen pegawai, serta pemberdayaan warga tiga desa. Para pedagang lama Maribaya merasa tidak diperhatikan dan justru malah dikesampingkan.

Keluhan itu sudah disampaikan melalui surat yang ditujukan kepada Bupati Bandung Barat Abubakar. Surat dari warga itu ditandatangani oleh lima orang perwakilan Desa Langensari, yaitu Ketua RT 4, Agus S, Ketua RW 05 Endang Wisaya, Ketua RW 05 Enjang Wujaya, tokoh agama Asep Dedi dan Ketua Karang Taruna RW 05 Gungun Mulyana.

Pedagang terpaksa berkirim surat kepada bupati yang sudah dilayangkan sejak 4 April lalu. Pasalnya, aspirasi masyarakat dan pedagang, baik melalui surat ataupun bertemu langsung dengan managemen Maribaya Natural Hot Spring Resort tetapi hasilnya tidak memuaskan.

Dalam surat yang ditandatangani lima orang tokoh masyarakat itu menagih janji kepada PT AKMI  yang menjanjikan kepada para pedagang makanan dan minuman yang akan di tempatkan di lokasi yang dibangun food court sekarang, menuntut agar warga tiga desa tidak dianaktirikan dalam perekrutan pegawai, minta dibukakan kembali akses ke masjid, dilibatkannya warga dan karang taruna dalam pengelolaan parkir.

Sebelum dikelola PT AKMI, warga dilibatkan dalam mengelola perparkiran, namun sekarang banyak yang kehilangan pekerjaan. Tak hanya kehilangan mata pencaharian dalam jasa perparkiran, surat yang ditujukan kepada bupati itu juga mengungkapkan banyak warga yang  kehilangan mata pencaharian jasa sewa tikar, dan jasa pemandu turis asing.  Tuntutan lainnya, meminta kepada PT AKMI memenuhi janjinya yang akan memberdayakan warga setempat untuk menyediakan makanan bagi karyawan PT AKMI, namun sekarang memakai jasa katering dari luar.

Kepala Desa Langensari Agus Karim membenarkan adanya keluhan masyarakat dan pedagang tersebut. Dia sudah menampung keluhan dan keinginan warga sekitar. Dirinya mengakui semenjak objek wisata Maribaya dikelola swasta menimbulkan riak-riak dengan pedagang dan warga. ’’Kalau dulu keberadaan Maribaya ini membuat roda perekonomian bagi warga sekitar cukup menguntungkan. Kalau sekarang justru seolah tidak diperhatikan. Keluhan lain yang mencuat, 87 orang  pedagang yang berada di sekitar Maribaya Natural Hot Spring Resort penjualannya terus menurun. Mereka mengeluh, setelah Maribaya ditata, bukannya mendongkrak penjualan, tapi malah menurun,” keluhnya.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan