Pengelola Bonbin Salahkan Singa

Terkait pemeriksaan hewan drh Pranyata Tangguh Waskita dari PDHI jabar 1 mengatakan, melakukan pemeriksaan ini secara seminggu ke depan.

”Kami akan melakukan tes ini secara bertahap kepada seluruh hewan di Kebon Binatang Bandung dengan beberapa tim yang akan diterjunkan,” ungkap Pranyata.

Dia mengatakan, hasil analisa tersebut akan dilakukan selama sepekan. Rinciannya, menganalisis kesehatan hewan mulai dari kandang dan lingkungan. Pada hari pertama dengan menerjunkan empat dokter hewan dan empat medis lainnya, telah memeriksan primata, carnivor dan reptil.

”Setelah melakukan pemeriksaan, kami akan melakuka rekomendasi kepada pihak kebun binatang. Tim dibagi dua, kepada hewan yang membutuhan bantuan dan mengalisis prilaku hewan,” paparnya.

Sementara itu, Kepala Balai Pengujian dan Penyidikan Penyakit Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner Dinas Peternakan Jawa Barat Sri Muji Artiningsing mengatakan akan memfasilitasi dokter hewan spesialis hewan liar. ”Kebutuhan dokter di sini ada dua, dokter hewan bukan dokter hewan liar dan dokter hewan liar,” katanya.

Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Jawa Barat Silyana Ratina mengatakan, semua satwa di Kebon Binatang berjumlah 1.063 hewan. Jumlah itu didominasi spesies burung dengan angka 400 ekor. ”Seandainya pengelolanya profesional dengan jumlah karyawan 79 orang sangat mencukupi,” ucapnya.

Sementara itu, kematian ”Yani”, menjadi sorotan berbagai pihak. Tak kecuali Wali Kota Bandung Ridwan Kamil. Bahkan, dia sempat mengajak untuk memboikot Kebon Binatang dengan tagar #boikotKebonBinatang.

Ketua DPRD Kota Bandung Isa Subagja berharap, pria yang akrab disapa Emil tersebut jangan terlalu reaktif menanggapi musibah kematian gajah ”Yani”. Sebab, selama Kebon Binatang Bandung berdiri,  Pemerintah Kota Bandung, belum pernah berikan bantuan langsung yang sumbernya dari APBD.Bagi dia, Emil lebih baik berupaya menyelesaikan pelanggaran-pelanggaran terkait pelayanan kesehatan orang miskin.

”Sebab, tidak mungkin setiap hari ada warga Bandung meninggal, akibat tak mampu dan tidak memiliki keberanian berobat akibat keterbatasan kemampuan,” ujar Isa.

Oleh karena itu, kemunculan isu sensitif kematian hewan yang dilindungi jangan terlalu dipolitisir, apapun motifnya. ”Kematian hewan  bukan suatu hal yang aneh. Tapi, sikap abai pemimpin terhadap perut rakyatnya, itu baru aneh,” sebut Isa yang juga Ketua DPC PDI Perjuangan Kota Bandung ini. (nit/edy/rie)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan