Pendidikan Perkokoh Fondasi Pembangunan

bandungekspres.co.id, NGAMPRAH – Pendidikan lebih luas cakupannya ketimbang kehidupan itu sendiri. Kehidupan dimulai manakala manusia lahir dan berakhir manakala dipanggil Allah SWT ke Haribaan-Nya. Tapi pendidikan lebih awal dari itu, sehingga kita mengenal istilah pendidikan prenatal, bahkan ada pendidikan pranikah. Sebab, orang tua yang akan menikah melakukan berbagai “ritual baik”, agar kelak jika mereka memiliki anak akan menjadi anak yang baik pula.

“Apapun selalu dapat dikaitkan dengan pendidikan. Hidup sehari-hari di dalam rumah tangga disebut pendidikan informal, hidup bertetangga dan bermasyarakat disebut pendidikan non formal, apalagi pergi ke sekolah atau pesantren maka disebut pendidikan formal,” kata Wakil Bupati Bandung Barat Yayat Soemitra saat mengapresiasi Hari Pendidikan Nasional, kemarin.

Menurut Yayat, pendidikan berlaku tidak hanya bagi mereka yang belum kerja, yang sudah kerja pun ada pendidikan kedinasan, ada pelatihan, workshop, yang intinya tetap bernama pendidikan. Pendidikan juga bisa masuk ke tataran mikro. Maka, setiap detail apa pun bisa ditambah kata pendidikan di depannya. Pendidikan ideologi, pendidikan politik, pendidikan ekonomi, pendidikan sosial, atau pendidikan budaya.

“Mau jadi tentara, seseorang harus mengikuti pendidikan ketentaraan, mau jadi polisi harus mengikuti pendidikan kepolisian, dan seterusnya. Bahkan untuk aktivitas negatif pun, pendidikan tetap diperlukan seperti “latihan” menjadi pencopet, “latihan berbohong”, dan sebagainya, na’udzubillah. Tapi yang negatif tak disebut pendidikan,” ujar Yayat.

Dalam membangun KBB, Yayat meletakkan pendidikan sebagai fondasi dari semua pembangunan sektor yang lain. Ibarat bangunan gedung, pendidikan adalah fondasi yang menentukan kuat tidaknya bangunan tersebut. Dengan pendidikan yang baik, maka jalannya pembangunan semakin kokoh.

Tak hanya itu, Yayat juga mengapresisasi rencana Pemprov Jabar yang akan mengasramakan seluruh siswa SMA dan SMK, khususnya yang negeri. Sehingga, seluruh SMA dan SMK menjadi boarding school atau SMA dan SMK berbasis pesantren. Tahun 2016 ini, sebanyak tujuh SMA dan SMK di Jawa Barat, menyatakan siap menjadi sekolah berbasis pesantren.

Khusus di Bandung Barat, Yayat Soemitra mengaku gembira dengan pengasramaan siswa SMA Negeri Cisarua (sering disebut Smancis), yang menjadi prototipe model boarding school. Sekolah dengan model pesantren membuktikan siswa maupun siswi mampu memerlihatkan prestasi yang sangat baik. Maka saat diselenggarakan berbagai olimpiade, siswa Smancis ini selalu memperlihatkan prestasinya yang gemilang. “Dengan mengasramakan siswa, maka generasi mudah lebih berkonsentrasi belajar di sekolah, dan lebih memungkinkan mengembangkan kepribadian mereka lebih stabil,” imbuhnya. (net/vil)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan