Pemerintah Jadi Motor Penggerak

Suhartono Bicara tentang Regulasi Ekonomi

Sektor swasta punya peran amat besar bagi perekonomian. Namun, regulasi yang dibuat pemerintah akan lebih menentukan secepat apa roda ekonomi berputar.

Suhartono
Suhartono
Komisaris Utama AJBD Grup

BAGI Suhartono, komisaris utama AJBS Group, pengusaha harus mengikuti regulasi-regulasi yang ditetapkan pemerintah. Itu membuat pengusaha harus siap dengan segala peraturan yang kapan saja bisa berubah. Pengusaha ritel perlengkapan pertukangan dan properti tersebut menyatakan, beberapa regulasi yang menjadi perhatian pengusaha adalah kesejahteraan karyawan, pajak, dan suku bunga.

Setiap tahun upah minimum kabupaten/kota (UMK) selalu naik 10-11 persen. Sebenarnya, pengusaha selalu siap mengikuti peraturan untuk membayar karyawan sesuai dengan UMK. Namun, yang dikeluhkan adalah UMK tidak selalu berbanding lurus dengan aktivitas produksi perusahaan.

Suhartono mengatakan, aktivitas produksi perusahaan sangat bergantung pada rencana bisnis. Sedangkan rencana bisnis juga bergantung pada permintaan, kondisi pasar, dan harga bahan baku. Nah, masalahnya, UMK hanya ditetapkan berdasar kom­ponen standar kebutuhan hidup layak (KHL) tanpa memikirkan bagaimana kondisi perusahaan. ”Kalau produksi kita (baca: perusahaan, Red) naik tinggi, UMK naik tinggi nggak apa-apa. Kalau produktivitas perusahaan turun, ya kita mau bayar pakai apa?” ungkap pria 65 tahun tersebut kemarin.

Untuk itu, penetapan UMK juga harus mempertimbangkan kondisi pasar agar tidak terjadi PHK besar-besaran. Suhartono menambahkan, hengkangnya beberapa perusahaan asing besar dari Indonesia cukup menjadi pelajaran bagi pemerintah. Pengusaha pun harus pintar-pintar mengolah bisnis agar tidak menutup usaha dan pabriknya seperti yang dilakukan banyak investor asing.

Di tengah tuntutan membayar biaya tinggi untuk karyawan, kakek empat cucu itu mengimbau negara mulai waspada pada kedatangan pekerja-pekerja asing. Saat ini buruh dari Tiongkok mulai berdatangan. Mereka punya tingkat produktivitas dan keterampilan tinggi, tapi rela dibayar murah. Jika upah karyawan Indonesia terus meninggi, tapi tidak dibarengi skill yang bagus, pekerja asing bisa menjadi ancaman.

Suhartono mengaku sedapat-dapatnya menggunakan tenaga kerja asal Indonesia. Sebab, dia ingin membantu meningkatkan kesejahteraan warga Indonesia. Lagi pula, jumlah penduduk usia produktif di Indonesia masih banyak. Kelebihan SDM itulah yang harus dimanfaatkan pengusaha agar perekonomian Indonesia bisa lebih maju. Jadi, bukan hanya karena tenaga kerja murah, nasionalisme dalam berbisnis juga harus dipertahankan.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan