Pebulu Tangkis Hebat Indonesia dan ”Lubang” di Karir Mereka (1)

Di Rio de Janeiro nanti, Butet bakal menjalani Olimpiade ketiganya. Pada 2008, dia meraih perak bersama Nova Widianto. Sedangkan pada edisi 2012, dia gagal total, tanpa medali. Tahun ini adalah kesempatan terakhirnya buat mempersembahkan medali bagi Indonesia. ”Kalau sudah juara Olimpiade itu, mau ngapain saja enak,” ujar Butet.

Kalau memang demikian, mungkin pengalaman si juara Olimpiade Rexy Mainaky bisa menjadi cambuk bagi Butet dan Owi. Intinya, lubang di karir jangan sampai menjadi penghalang. Don’t get mad, get even! Kira-kira begitu istilah kekiniannya.

Lihat saja Rexy. Berduet dengan Ricky Subagja, dia pernah dipermalukan duet Malaysia Cheah Soon Kit/Yap Kim Hock di final ganda putra SEA Games 1995. Kegagalan itu sekaligus menjadikan emas SEA Games tak pernah masuk daftar curriculum vitae ganda legendaris Indonesia tersebut. Sebab, pada ajang yang sama edisi 1997, mereka juga kalah oleh Candra Wijaya/Sigit Budiarto di partai puncak.

Tapi, setahun setelah kekalahan di SEA Games 1995, mereka membalasnya di ajang yang lebih berlipat-lipat gengsinya: Olimpiade. Rexy/Ricky mengatasi Cheah/Yap 5-15, 15-13, dan 15-12 di Atlanta.

Bisa jadi kekalahan di final SEA Games 1995 itu menjadi pelajaran berharga bagi Ricky/Rexy sehingga tak mengulangi kesalahan yang sama setahun berselang. Tapi, menurut Rexy, tak ada salahnya juga sedikit ”beramal”. ”Kan bagus juga kalau kita bagi-bagi medali ke pemain lain biar nggak terkesan serakah, he he he,” tambah bapak dua anak itu.

Rexy tentu bergurau. Tapi, ada baiknya Owi/Butet tetap menjadikannya pelajaran. Jadi, anggap saja kegagalan sebelumnya di Istora atau multievent sebagai ”amal”. Semoga di Olimpiade 2016, giliran para pemain lain yang ”beramal” kepada mereka. (*/c11/ttg)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan