Panas di Muktamar Islah Partai Ka’bah

bandungekspres.co.id, JAKARTA – Muktamar VIII PPP di Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta, secara de facto telah berakhir, kemarin petang. Muktamar yang diharapkan jadi ajang islah seutuhnya menyusul konflik yang mendera sejak 2014 lalu itu, menetapkan M. Romahurmuziy sebagai ketua umum.

Meski pemilihan pucuk pimpinan partai kakbah itu dilakukan secara aklamasi, muktamar berlangsung panas. Masih ada pihak yang tak puas. ’’Pasti tidak semua terpuaskan, karena di politik itu tidak bisa memuaskan semua pihak,’’ kata Romahurmuziy, di depan rapat pleno pemilihan ketua umum, di arena muktamar, di Jakarta, Sabtu (9/4).

Namun demikian, pada pidato pernyataan kesediaan menjadi ketua umum ketika itu, Romi–sapaan akrab Romahurmuziy–menggarisbawahi tentang komitmen kebersamaan yang ingin dibangunnya. Sebagai pucuk pimpinan partai, dia menegaskan tidak akan berjalan di depan. Karena, dikhawatirkan ada yang tidak bisa mengikuti.

’’Tapi, saudara-saudara juga jangan berjalan di depan saya. Karena jangan-jangan arah yang dituju berbeda. Saya akan berjalan bersama-sama saudara semua,’’ tandas politikus yang sempat menjabat sebagai ketua umum hasil Muktamar Surabaya tersebut.

Rapat pleno tersebut sebelumnya didahului rapat pleno pengesahan tata tertib pemilihan ketua umum dan formatur kepengurusan. Pada momen itulah perbedaan tajam diantara muktamirin muncul ke permukaan. Titik pemicunya adalah pasal tentang mekanisme pemilihan ketua umum lewat musyawarah mufakat (aklamasi) atau voting.

Rapat pleno yang dipimpin Hazrul Azwar berlangsung panas. Kelompok muktamirin yang menginginkan tetap ada voting terus berusaha membendung upaya penetapan ketua umum secara aklamasi. Rapat sempat diskors beberapa jam karenanya.

Saat dibuka kembali sore harinya, pengambilan keputusan lewat voting terhadap pasal krusial tersebut diputuskan untuk dilakukan. Mekanismenya, voting dilakukan per wilayah.

’’Muktamar ini tidak benar, ini muktamar abal-abal. Wilayah-wilayah itu jauh-jauh hari sudah dikoordinasikan. Sudah dikondisikan,’’ tuding Ketua DPP hasil Muktamar Bandung Epyardi Asda. Muktamar Bandung yang dilaksanakan pada 2011 lalu adalah muktamar terakhir sebelum akhirnya PPP terbelah menjadi dua kubu.

Epyardi adalah salah satu kader PPP yang berancang-ancang maju dalam pemilihan ketua umum. ’’Kalau jantan, Romi fight dengan saya. Mari kita adu dalam pemilihan one man one vote yang bukan hanya melibatkan wilayah, tapi juga cabang secara riil,’’ tegas wakil ketua umum DPP PPP hasil Muktamar Jakarta tersebut.

Tinggalkan Balasan