Pagar Tanaman Itu Kini Menangi Kontes Internasional

Cintanya pada alam telah membelokkan jalan hidup Ayi Sutedja. Dari kontraktor listrik menjadi petani kopi. Di tangannya, biji arabika di tanah Gunung Puntang, Kabupaten Bandung, menjadi kampiun pameran kopi dunia.

 GUNAWAN SUTANTO, Bandung

PERHELATAN Specialty Coffee Association of America (SCAA) Expo di Atlanta, Georgia, Amerika Serikat (AS), April 2016 kian menahbiskan Indonesia sebagai negeri kopi. Di perhelatan itu kopi-kopi Indonesia kembali berjaya. Termasuk arabika dari Gunung Puntang, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, yang keluar sebagai juara.

Siapa sangka, biji kopi sang juara selama ini justru merupakan tanaman yang terabaikan. Di daerah asalnya, lereng Gunung Puntang, kopi itu hanya dimanfaatkan warga sebagai pembatas kebun sayuran.

Di tangan Ayi Sutedja, kopi di lereng Gunung Puntang tersebut berangsur naik kasta. Menjadi kopi organik dan punya skor tertinggi di beberapa ajang penilaian kopi. Demi meninggikan kasta itu, Ayi rela meninggalkan keramaian Kota Bandung menuju sunyinya lereng Gunung Puntang. Di sana pria yang akrab disapa Pak Haji tersebut membangun saung di tengah persawahan Desa Cimaung

Bangunan semipermanen dibalut kayu dan bambu itu yang sehari-hari menemaninya mengolah biji kopi. Mulai mengecek tanaman, memanen, hingga memprosesnya menjadi green bean atau biji mentah siap sangrai.

Ayi datang ke Gunung Puntang pada 2011 sejatinya hanya untuk kegiatan pelestarian alam, yakni penanaman kembali hutan. ”Saya punya kenangan dengan Gunung Puntang. Dulu waktu muda sering melakukan kegiatan pencinta alam di sini,” ujar pria 51 tahun itu.

Di sebuah siang yang sejuk (28/5), Jawa Pos (induk Jabar Ekspres) berkesempatan melihat Ayi memproses biji kopinya yang mendunia. Kebetulan, siang itu Ayi tengah menjemur kopi yang baru dipetik lima hari sebelumnya. Penjemuran tersebut dilakukan di bangunan semipermanen beratap terpal bening. Tak jauh dari Saung yang dibangun Ayi.

Ayi memutuskan kembali ke alam setelah memilih berhenti dari perusahaan kontraktor di Bekasi. Saat datang kembali ke Gunung Puntang, sarjana pendidikan luar sekolah (PLS) IKIP Bandung tersebut miris melihat kondisi hutan di sekitar Gunung Puntang. Kerusakan lereng terjadi di banyak titik. Erosi dan longsor juga kerap terjadi.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan