Ngopi dan Menyusuri ”Lorong Waktu” di Warung Ake

Ake diambil dari nama ayah Ahkiong. Dia putra Abok, satu di antara ribuan pendatang dari Tiongkok yang didatangkan Belanda ke pulau kaya timah tersebut. Saat para kompatriotnya bekerja di tambang, Abok memilih membuka warung kopi.

Tak lama setelah berdiri, warung dipindah ke lokasinya yang sekarang. Dari dulu sampai kini Waroeng Kopi Ake tak sendirian di sana. Ada sejumlah warung tempat mengisi perut lainnya. Selain urusan makan-minum, dulunya berbagai jenis hiburan pun tersedia di sana. Mulai main catur sampai bola sodok. Jadi, perut kenyang, hati pun senang. Itulah sebabnya, kavling itu disebut kavling bahagia. Sampai kini.

Sebuah foto yang tergantung di dinding warung memperlihatkan rupa tempat itu dulu. Bangunan dua lantai dengan dinding terbuat dari kayu dan atap seng. Lantai 1 dipakai untuk membuka kedai kopi. Lantai di atasnya dijadikan tempat tinggal. Satu abad kemudian, lantainya tetap dua. Bedanya, bagian atasnya kini hanya digunakan sebagai tempat istirahat.

Yang juga berbeda dindingnya. Kini sudah bersulih menjadi batu bata. Ahkiong, 60, yang merupakan generasi ketiga pengelola warung, juga mulai mewariskan bisnis menyeduh kopi itu ke anak pertamanya yang bernama Willy Martem, 34.

Tapi, selebihnya adalah ”keabadian”. Ceret –warga setempat menyebutnya ketel– untuk memasak air masih menggunakan warisan Abok. Terbuat dari tembaga, wujudnya masih tampak gagah. Total ada tiga buah ceret yang masih digunakan sampai sekarang.

Ahkiong menjelaskan, kalaupun ada kerusakan, hanya sebatas bocor di salah satu sudutnya. ”Itu pun tinggal dibawa ke tukang solder untuk ditambal,” ucapnya.

Air untuk dimasak tersebut diambil dari tempat penyimpanan yang juga warisan sejak generasi pertama. Bahannya berupa keramik. Tingginya sekitar 1 meter. Di salah satu bagiannya terbubuhkan tulisan: The Brownlow British Health Filter. ”Dulu ada saringan airnya, tetapi sudah rusak. Tidak ada lagi yang menjual komponennya,” ungkap Ahkiong.

Saat mencicipi air dari tempat penyimpanan itu, rasanya begitu segar. Tidak terlalu dingin. Air dari tempat penyimpanan tersebut biasanya untuk membuat es teh. Atau langsung disuguhkan untuk mereka yang ingin minum air putih saja.

Tinggalkan Balasan