NAASP Belum Optimal

Bandungekspres.co.id , SUMUR BANDUNG – Sejak dicetuskan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Asia-Afrika pada 2005 lalu, Kemitraan Strategis Baru Asia-Afrika atau New Asian-African Strategic Pertnership (NAASP) masih belum optimal. Padahal, NAASP dibentuk dengan tujuan agar menjadi tonggak baru kerjasama Asia-Afrika sekaligus menggaungkan kembali semangat Bandung.

Plt Kepala BPPK Heri Muhamad Saripudin mengatakan, NAASP sejak 2009 telah bergerak di delapan fokus area. Antara lain kontra terorisme, memerangi kejahatan transnasional, ketahanan pangan, ketahanan energi, pemberdayaan usaha kecil dan menengah, pariwisata, pengembangan jaringan universitas Asia-Afrika serta kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan. ’’Salah satu contoh nyata dari pencapaian NAASP adalah pemberian bantuan peningkatan kapasitas untuk Palestina yang satu-satunya anggota KAA sejak 1955 hingga kini belum merdeka,’’ katanya kepda wartawan saat pembukaan Forum Kebijakan Luar negeri di Gedung Asia Afrika Bandung kemarin (5/4).

Sementara itu, Direktur KSI Aspasaf Kementrian Luar Negeri Republik Indonesia Benyamin Carnadi mengungkapkan, Indonesia dalam hal ini telah melaksanakan inisistif di berbagai bidang seperti pertanian, perikanan, small and medium enterprise (SMEs), komunikasi, HAKI, perubahan iklim, teknologi satelit. teknologi satelit, perdagangan dan program capacity building.

’’Pada Konfrensi Tingkat Tinggi Asia-Afrika 2015 telah disepakati Declaration on Reinvigorating NAASP untuk semakin memperkuat kerangka kerja tersebut,’’ ungkapnya.

Lebih lanjut benyamin menjelaskan, terlepas dari beberapa pencapaian, setelah lebih dari satu dasawarsa NAASP masih menghadapi beragam tantangan. Di mana rasa kepemilikan dari Negara-negara anggotanya masih sangat minim. Realisasi kesepakatan kerjasama NAASP kadang masih tersendat dan kerangka operasionalnya pun masih belum matang.

’’Tentu saja kondisi tersebut menyebabkan kontribusi NAASP bagi masyarakat Negara-negara Asia-Afrika masih dirasa belum memadai,’’ jelas Benyamin.

Benyamin menegaskan, untuk itu pihaknya bersama Pusat Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Kawasan Asia Fasifik dan Afrika (P3K2), Kementrian Luar Negeri RI, pusat Kajian Asia-Afrika. Duduk bersama untuk mengkaji relevansi dan perkembangaan NAASP tersebut.

’’Agar semua Negara-negara anggota NAASP bisa mengakui keberadaan NAASP kami akan melakukan beberapa gebrakan agar negara tersebut bisa mengakuinya,’’ pungkasnya. (dn/fik)

 

Tinggalkan Balasan