Mudahnya Akses Konten Porno, Awasi Anak Saat Main Gadget

bandungekspres.co.id, JAKARTA – Pemerkosaan terhadap seorang siswa SMP membuat miris semua orang. Apalagi pelakunya masih ada yang duduk di bangku sekolah dasar (SD). Kasus itupun mendapatkan perhatian serius dari berbagai lembaga yang peduli terhadap kasus anak dan perempuan.

rafis-cegah_Salah satunya Komisi Nasional (Komnas) Perempuan. Wakil Ketua Komnas Perempuan Budi Wahyuni sangat perihatin terhadap kasus yang terjadi di kota terbesar ke dua di Indonesia itu. Yang paling membuat miris, kata dia, beberapa pelaku masih SD. ”Keterlibatan anak SD tidak lepas dari pengaruh seniornya,” terang dia kemarin (12/5).

Tindakan asusila itu dilakukan secara kelompok. Siswa yang lebih besar cenderung mengajak juniornya untuk ikut serta. Bahkan, kadang disertai dengan ancaman. Jika tidak mau menurut, siswa SD itu diancam akan disakiti. Akhirnya, siswa SD itupun ikut dan tidak lepas dari perbuatan yang biadab itu. Sekolah dan orang tua tidak tahu apa yang dilakukan anak mereka.

Budi menyatakan, peristiwa itu bisa terjadi, karena minimnya anak terhadap pembelajaran reproduksi. Orang tua dan sekolah tabu mengajarkan pembelajaran itu. Bahkan, ada yang beranggapan mengajarkan anak tentang reproduksi akan berdampak buruk bagi anak. Menurut dia, anggapan itu salah. Jika pembelajaran itu diberikan kepada anak dengan benar, maka mereka akan memahami pentingnya reproduksi. Mereka juga akan memahami dampak buruk dari alat reproduksi.

Dia pun mengusulkan agar pembelajaran reproduksi menjadi kurikulum di sekolah. Orang tua juga bisa mengajarkannya di rumah. Anak SD mempunyai keinginan tahuan cukup besar. Mereka ingin selalu mencoba. Jika tidak diarahkan dan tidak diberi pemahaman yang benar, maka akan terjadi penyimpangan. Anak akan melakukan mencoba dan melakukan kesalahan fatal. ”Apalagi ada pengaruh dari anak yang lebih besar untuk melakukan tindakan yang salah,” kata Budi.

Selain memberikan pemahaman tentang sistem reproduksi, anak juga harus diawasi saat menggunakan gadget. Orang tua bisa memberikan gadget, namun harus terus diawasi. Misalnya, mengecek pesan, dan gambar yang masuk ke handphone anak. Jika mendapatkan kiriman gambar tidak senonoh, anak harus diberi pemahaman tentang dampak buruknya. Dan ditanya apa perasaan anak saat mendapatkan kiriman gambar tersebut. ”Anak diajak bicara. Jangan dibiarkan melihat gambar itu,” ungkapnya.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan