Minta Kaji Ulang Bekas Longsor Cililin

bandungekspres.co.id, NGAMPRAH – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bandung Barat (KBB) meminta Badan Geologi untuk melakukan kajian ulang lokasi bekas bencana alam tanah longsor di Kompleks Perumnas ASABRI Griya Utari, Kampung Cinangsi, RT 2/4, Desa Karangtanjung, Kecamatan Cililin. Kepala Pelaksana BPBD KBB, Rony Rudiyana mengatakan, pascalongsor Pemkab KBB telah melakukan berbagai upaya penanganan, untuk memastikan adanya potensi longsor, karena itu pihaknya menginginkan adanya sebuah rekomendasi dari geologit terkait daerah rawan longsor.

”Kajian ulang ini untuk memastikan apakah masih ada potensi longsor atau tidak setelah dilakukan penanganan,” kata Rony kepada wartawan, di Ngamrpah, belum lama ini.

Sebelumnya, Badan Geologi mengeluarkan rekomendasi, bekas lokasi longsor perlu dilakukan berbagai penataan, seperti perbaikan jalan, drainase, pembangunan tembok penahan tebing (TPT), dan pemasangan bronjong. Terakhir, dilakukan penanaman sebanyak 300 bibit pohon.

”Rekomendasi Badan Geologi sudah dipenuhi, setelah itu masih layak atau tidak Perumnas ASABRI dihuni. Oleh karena itu BPBD KBB akan meminta untuk dilakukan kajian teknis ulang. Surat permohonan itu akan kita kirim secepatnya,” ujarnya.

Longsor di Perumahan Asabri Griya Utari terjadi pada 2 April 2015. Dari 77 rumah yang ada di perumahan itu, ketika itu, sebanyak 25 rumah mengalami kerusakan ringan dan berat serta 61 lainnya terancam. Akibat kejadian itu 14 kepala keluarga (KK) direlokasi ke Kampung Saar, masih di Desa Karangtanjung. Namun demikian, Badan Geologi hanya merekomendasikan supaya 14 rumah dipindahkan karena masih rawan terkena longsor lagi.

Lebih lanjut, Rony menyatakan, longsor merupakan masalah kebencanaan yang paling utama di Bandung Barat. Pasalnya, hampir seluruh kecamatan yang ada di KBB merupakan zona merah yang rawan longsor. Sepanjang tahun ini, menurut dia, telah terjadi tujuh kejadian kebencanaan di berbagai lokasi, yang rata-rata merupakan bencana longsor.

”Dana cadangan untuk kebencanaan masih ada Rp 7 miliar. Tahun ini kami siapkan hampir Rp 9 miliar. Dana kebencanaan itu bisa diambil untuk kegiatan sosial dan kebencanaan. Misalkan, ada orang yang tiba-tiba sengsara, itu bisa menggunakan dana itu, jadi sebagai bantuan sosial yang tidak direncanakan,” katanya.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan