Mengenal Seni Tarawangsa yang Sakral

Penari Cucurkan Air Mata dan Saling Mendoakan

Minat anak muda terhadap seni dan budaya Sunda perlu ditumbuhkan lagi. Hal ini untuk mengantisipasi kepunahan warisan seni dari nenek moyang suku Sunda.

HERDIANSYAH, BOJONG LOA KALER

UPT Padepokan Mayang Sunda
HERDIANSYAH/BANDUNG ESKPRES

BANYAK cara yang bisa dilakukan untuk melestarikan seni dan budaya Sunda. Salah satunya, dengan menggelar pertunjukan seperti yang dilakukan UPT Padepokan Mayang Sunda. Lembaga ini konsisten menampilkan pertunjukan kreasi seni Sunda secara periodic.

Kepala UPT Mayang Sunda Ating Sudjana mengatakan, salah satu seni budaya asli Jawa Barat yang hampir punah yakni seni Tarawangsa. Keseenian ini berasal dari Rancakalong, Kabupaten Sumedang.

’’Kesenian Tarawangsa terdiri dari dua alat yaitu Rebab dan Kecapi yang diiringi oleh lima lagu yaitu lagu Bubuka, Ayun Ambing, Ayang Ayang Gung, Jemplang dan lagu penutup,’’ kata Ating kepada Bandung Ekspres di Padepokan Seni Mayang Sunda, Jalan Peta, Bojong Loa Keler, Kota Bandung, kemarin (4/1).

Ating memaparkan, biasanya Tarawangsa digelar pada acara Rumpak Jami Ampih Pare. Seni ini sarat dengan sesaji dari makanan hasil bumi, magis, dan sangat sakral. Tarawangsa sendiri, menurut Ating, dipimpin oleh sesepuh sebagai juru ijab yaitu dari sesepuh setempat. Para penari Tarawangsa biasanya suka meneteskan air mata, meminta maaf dan saling mendoakan. Acara ini sendiri biasanya dilaksanakan semalam suntuk, dalam ritual disertakan benih padi sabokor untuk disemai musim tanam berikutnya. Disertakan pula benda pusaka dan orang orangan.

’’Upacara ini disebut pula Mapag Jajap Kersa Nyai,’’ ungkap Ating.

Senada dengan Ating, praktisi seni, budaya dan lingkungan Kota Bandung utun memaparkan, seni Tarawangsa disajikan tanpa adanya pesinden atau juru kawih. Biasanya, kata Utun, para penari akan menari dengan mata terpejam yang dimaksudkan tarian batin diiringi alunan Tarawangsa.

’’Seni ini sendiri pertama kali ada sekitar abad ke 14, di mana saat itu salah seorang utusan raja memberikan bibit dan alat musik Tarwangsa kepada masyarakat untuk digunakan sebagai persembahan kepada sang dewata,” pungkasnya. (*/fik)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan