Mendesain Busana dari Batik Penuh Tantangan

bandungekspres.co.id – MENDESAIN batik memiliki tantangan tersendiri. Menurut salah satu perancang busana, Elizabeth Njo May Fen, tantangan utama terletak pada ukuran kain batik yang sudah paten dari pengrajin. ”Padahal membuat gaun itu kan butuh kain yang tidak sedikit, jadi cukup sulit memadupadankannya. Beda dengan kain biasa yang memiliki corak yang sama,” jelas perempuan yang akrab disapa Afen itu, yang kemarin menggunakan batik Pamekasan sebagai bahan utama gaunnya.

Hal senada juga dikatakan oleh perancang busana lainnya, Natalia Soetjipto. ”Jika dibandingkan dengan membuat gaun dari kain jenis lain, batik memang cukup membuat pikiran bekerja lebih keras,” katanya lantas tertawa.

Hal itu tak lepas dari motif batik tulis yang memang signature. Sehingga tidak bisa sama persis antara satu dengan yang lainnya. ”Kesulitan lain adalah memanfaatkan bidang batik yang kebanyakan hanya berukuran 2 X 1,1 meter saja,” jelas dia.

Nah, untuk menyiasatinya, beberapa desainer mengaku melakukan trik sulap atau memadupadankan batik dengan bahan lain agar tetap bisa tampil indah. ”Dengan kesuksesan membuat busana batik yang indah ini, kami ingin kain khas Indonesia ini menjadi bahan utama lagi di gelaran SFP tahun depan,” kata Dian Apriliana, Promotions Manager TP.

Sementara itu, perancang busana batik Didya Hody berpendapat, permasalahan batik yang ada selama ini, menurut Didya, adalah tidak adanya kesepahaman antara perajin dan perancang busana. Kondisi yang terjadi saat ini, perajin batik lebih banyak memamerkan karyanya di luar negeri dalam bentuk lembaran kain saja. Padahal akan lebih menarik bila sudah berbentuk busana. ”Memperkenalkan secara internasional terlalu susah tanpa ada model busana,” ujar pemilik Galeri Interim ”Ananta” itu. (jpnn/jpg/fik)

Tinggalkan Balasan