Konsistensi Ari-Reda Menekuni Musikalisasi Puisi

Tak kurang dari 34 tahun sudah Ari-Reda mengemas bait-bait sajak dengan melodi yang mengalun. Antusiasme generasi baru yang turut menikmati karyanya membuat keduanya tetap bersemangat menekuni musikalisasi puisi.

 FOLLY AKBAR, Jakarta

Kubiarkan cahaya bintang memilikimu//Kubiarkan angin yang pucat dan tak habis-habisnya//Gelisah, tiba-tiba menjelma isyarat, merebutmu//Entah kapan kau bisa kutangkap.

Bait indah itu mengalun dalam Teater Kecil Taman Ismail Marzuki, Jakarta, Jumat malam (6/5). Sapardi Djoko Damono, sang empu syair berjudul Nokturno itu, terlihat tenang di kursi terdepan. Mendengarkan karyanya dikemas sempurna oleh bekas mahasiswanya: Ari Malibu dan Reda Gaudiamo. Menjadi alunan musik nan syahdu dalam musikalisasi puisi.

Di sela-sela percakapan hangat bertajuk A Rare Conversation: Sapardi X Jokpin tersebut, Sapardi curhat mengenai ”kelakuan” Ari-Reda itu. ”Mereka awalnya ambil (puisi) enggak bilang-bilang,” seloroh Sapardi disambut tawa ratusan pencinta sastra yang hadir dalam rangkaian ASEAN Literary Festival 2016 malam itu.

Namun, karena puisinya menjadi lebih indah, pujangga kelahiran Surakarta tersebut memperbolehkannya. ”Puisi saya juga jadi dikenal. Sebelumnya siapa yang baca puisi saya zaman itu,” ungkap Sapardi.

Seusai pementasan, Reda mengatakan, pernyataan mantan dosennya tersebut hanyalah bagian dari cerita awal perjalanan hidupnya 34 tahun lalu sebagai pemain musikalisasi puisi. Menurut Reda, setelah itu, dirinya dan Ari, tandemnya, selalu meminta izin penyair sebelum menyulap sajaknya menjadi musik.

Hingga saat ini, selain Sapardi, banyak penyair tanah air yang sudah ”dibajak” karyanya. Sebut saja Goenawan Mohamad, Ags. Arya Dipayana, Toto Sudarto Bachtiar, Acep Zamzam Noor, Soni Farid Maulana, Emha Ainun Nadjib, hingga Abdul Hadi W.M. Puluhan karya para penyair kondang itu sudah disulap menjadi banyak album Ari-Reda. Baik album khusus mereka berdua maupun nebeng dalam kompilasi orang lain.

Menyulap puisi menjadi sebuah musik bukanlah pekerjaan mudah. Harus memaksa nada dan melodi musik menjadi seirama dengan rentetan kalimat yang sudah jadi. Namun sama sekali tidak boleh mengubah syair. Itu membutuhkan sentuhan dan teknik tertentu.

”Kami biasanya membaca. Memahami. Merasa-rasa setiap kata,” kata Reda. Dari situ feel akan latar belakang dan tujuan puisi bisa ditemukan. Kemudian muncullah melodi yang tepat.

Tinggalkan Balasan