Konsistensi Ari-Reda Menekuni Musikalisasi Puisi

Penelusuran maksud dari penyair itu krusial untuk menentukan nada apa yang akan membalut puisi. Misalnya puisi tentang sesuatu yang sendu. Ari-Reda akan mencarikan nada yang sendu pula. Begitu pun sebaliknya. ”Puisi gadis kecil, karena membicarakan gadis di seberang padang, ya harus gembira (nadanya),” jelas Reda.

Berapa lama prosesnya, Ari tidak bisa memastikan. Sebab, mendapatkan kecocokan puisi dengan nada sangat bergantung pada ba­nyak hal. Mulai mood hingga struktur kalimat. Juga ada faktor luck. Ada yang hanya beberapa menit. Ada pula yang berhari-hari.

Namun, semua itu tak melulu mulus. Ada juga sajak yang awalnya tampak bisa dinyanyikan, tapi ternyata tidak cocok. Misalnya puisi Mengalirlah Sungai karya Sapardi, yang menurut Reda sulit dinadakan. ”Berkali-kali coba menyanyikan sampai rekaman, saya tetep merasa tidak sreg,” kata Reda menimpali, lalu tertawa.

Bahkan, ada pula tipe puisi yang tidak bisa dijadikan musikalisasi. Yakni puisi yang strukturnya bukan untuk lagu. Misalnya yang kalimatnya panjang. Lalu yang kalimatnya panjang-pendek. Atau puisi yang semuanya berakhiran eng.

Untuk bisa mencapai umur 34 tahun bermusikalisasi puisi, Ari-Reda harus jatuh bangun. Bahkan, keduanya sempat berpikir mengakhiri lebih cepat aktivitas yang melambungkan nama mereka itu.

Puluhan tahun membawakan musikalisasi puisi, mereka pernah menilai aktivitasnya tersebut tidak memberikan efek apa-apa. ”Jadi, seperti tidak… (Ari sempat berpikir mencari kata yang cocok, Red)… menyala,” ucap Ari.

Hingga pada 2011, Ari-Reda dipertemukan dengan wajah-wajah antusias yang rela antre menyaksikan pementasan mereka di Bentara Budaya Bali. ”Terharu sekali. Ternyata ada harapan,” ujarnya.

Peristiwa itu, kata Ari, memberikan efek besar bagi perjalanan karirnya bersama Reda beberapa tahun belakangan. Tanpa ada peristiwa tersebut, dia sendiri ragu apakah sosok mereka berdua masih bisa duduk di panggung seperti malam itu.

Sejak peristiwa di Bali tersebut, lulusan Fakultas Sastra Universitas Indonesia itu bertekad untuk terus bermusikalisasi puisi. ”Ini akan terus kami lakukan sampai capek. Sampai selesai,” tegas Ari.

Antusiasme generasi baru yang menyaksikan musikalisasi puisi memberinya harapan. ”Anak-anak belasan tahun mulai mengutip di media sosial. Kami main di mana, ada video yang mereka buat. Kami pikir, nyampe juga ya,” sahut Reda.

Tinggalkan Balasan