Kolaborasi Dua Budaya Berbeda, Tampilkan Liong Terpanjang di Indonesia

bandungekspres.co.id – Parade Budaya tahun ini, yang mengolaborasi budaya Sunda dan Tionghoa, akan dijadikan cikal bakal gelaran parade budaya yang lebih variatif.

Tahun depan, dalam kalender pariwisata Kota Bandung, konsep kreatif ditambah. Sehingga, keragaman budaya yang tumbuh di Kota Bandung dilibatkan dalam kebersamaan dan diperluas menjadi ’Parade Budaya Bandung Multi Culture’. ’’Maka keterwakilan komunitas budaya yang ditampilkan semakin kaya,’’ kata Kepala Bidang Pemasaran Pariwisata Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bandung Kenny Kaniadewi, kemarin.

Sekarang ini, baru sebatas menampilkan budaya Sunda dan Tionghoa saja. ’’Inipun melalui perjuangan keras. Karena, awalnya ada perbedaan persepsi dari vihara penyelenggara,’’ tukas Kenny.

Komunitas mahasiswa, dengan budaya daerah asalnya misalnya akan dilibatkan, sesuai dengan slogannya, Bandung yang multi kultur.

Andreas, wakil ketua pelaksana, bersyukur seluruh perizinan sudah dikeluarkan aparat terkait. Anreas menuturkan, malam hari bakal digelar wayang golek dan hiburan rakyat dengan keterlibatan kewilayahan.

Sementara itu, Ketua Penyelenggara Indra Kusnadi, di sela persiapan parade budaya, menyatakan, parade budaya menampilkan angklung, tari merak dan kesenian Sunda lain. ’’Tidak kurang dari 200 barongsai, 50 liong, dan puluhan tandu akan diarak,’’ ungkapnya.

Atraksi itu, dimulai pukul 15.00, dengan menyusuri Jalan Lengkong Kecil, Jalan Asia Afrika, Jalan Sudirman, melintasi Jalan Kasim, Jalan Klenteng, dan finis di Pasirkaliki Hypersquare.

’’Kolaborasi itu, lebih dari 30 persen menampilkan budaya Sunda pada arak-arakan, dengan peserta tari merak dari SMAN 19 sebanyak 25 orang, dan angklung dari SMAN 3 Cimahi,’’ jelas Indra.

Bakal hadir pula wisatawan mancanegara, hal itu bagi penyelenggara suatu kehormatan, sebab gelaran ini bagian dari ajang tahunan pariwisata Kota Bandung. ’’Saya berharap parade budaya jadi bagian tak terpisahkan sebagai capaian Bandung Juara,’’ sahut Indra.

Mengaitkan parade budaya dengan Cap Go Meh, indra menepis. Tidak ada kaitan sama sekali. Pasalnya, peringatan keagamaan itu sudah lewat, yang dikedepankan dari kegiatan ini adalah kerukunan beragama berjalan dengan baik. ’’Di lapangan bisa dilihat, baik masjid, gereja, dan vihara, hidup damai berdampingan saling menghargai dalam kerukunan umat beragama. Terbukti, tamu-tamu kami dari luar daerah diterima dengan tangan terbuka. Bahkan yang dari daerah itu, datang dengan kelengkapannya. Mereka mengirim liong, barongsai, tandu. Liong ada yang panjangnya 50 dan 60 meter. Itu mungkin yang terpanjang se-Indonesia, selama gelaran barongsai,’’ tutur Indra.

Tinggalkan Balasan