Kisah ABK Tugboat Henry yang Lolos Penyanderaan Abu Sayyaf

”Saya hanya beruntung, Bang. Kalau saya yang saat itu kebetulan di depan, mungkin saya yang diambil,” tuturnya sembari mengusap kedua mata.

Hasmanidar, ibunda Bara, juga tak henti-hentinya mengucapkan syukur atas keselamatan sang anak. Pascaperistiwa penyanderaan 10 ABK Brahma 12 dan Anand 12, perempuan berjilbab itu memang mulai khawatir.

Dia tahu, jalur yang sama kerap dilalui anaknya. Tak pelak, dia pun sempat menghubungi anaknya sebelum keberangkatannya ke Filipina. ”Tapi, Bara bilang, pakai jalur beda. Mungkin dia ingin membuat ibunya tenang saja,” kata istri Zaenal tersebut.

Jalur perairan tersebut sebenarnya bukan jalur baru bagi Bara. Itu merupakan rute reguler yang biasa dilalui setiap mengirimkan batu bara ke Filipina. Sejak bekerja di PT Global Trans Energi Internasional awal 2015, dia sedikitnya sudah enam kali bolak-balik melalui jalur tersebut.

”Selama ini belum pernah ada masalah melewati jalur itu,” kata lulusan Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP) Jakarta tersebut.

Tapi, malang memang tak dapat ditolak. Pada malam nahas itu, setelah sepuluh ABK dikumpulkan, kelompok perompak langsung memeriksa kantong seluruh ABK. Yohanis termasuk yang telepon selulernya diambil.

Ketika itu posisi Yohanis dekat dengan pintu darurat. Dengan posisi strategis tersebut, Yohanis kemudian mundur selangkah dan langsung masuk ke balik pintu itu.

”Waktu masuk ke dalam pintu, teman-teman juga membantu saya dengan cara merapatkan barisan sehingga saya tidak terlihat dari pandangan kelompok teroris,” jelasnya.

Dia lantas lari ke bawah ruang mesin kapal. Meski berhasil bersembunyi, Yohanis tetap dihantui rasa takut. Setelah bersembunyi sekitar sepuluh menit, Yohanis keluar dari persembunyian untuk melihat apa yang telah terjadi.

Yohanis perlahan-lahan menuju kamar kapten. Kemudian, melanjutkan menaiki tangga secara perlahan-lahan dengan mengintip ke luar melalui pintu kapal. Saat itu dia masih melihat rekan-rekannya disandera di atas kapal. ”Yang saya lihat ada empat orang dari kelompok ini di atas kapal. Satu lainnya menunggu di speedboat,” tuturnya.

Ada empat kru Henry yang akhirnya dibawa perompak. Mereka adalah Ariyanto Misnan (master), Loren Marinus Petrus Rumawi (chief officer), Dede Irfan Hilmin (second officer), dan Samsir (A/B).

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan