Jalan Hidup Baru Selebriti Islami

Para selebriti ini menepi dari gemerlap keartisan. Jalan dakwah mereka pilih sebagai titian baru kehidupan. Ada yang sama sekali jauh dari lampu sorot. Namun, ada pula yang masih menghiasi panggung dan layar kaca.

PAGI itu Teuku Wisnu bersama istrinya, Shireen Sungkar, sudah berada di studio 15 Trans TV. Dia tampak serius mempelajari naskah acara syuting. Beberapa saat kemudian, artis kelahiran Aceh itu masuk ruang ganti. Saat keluar, dia sudah mengenakan jubah biru.

Wisnu dan Shireen sedang taping untuk acara kisah menjelang berbuka Islam Itu Indah. Selama Ramadan, Wisnu sibuk mengisi acara Islami tersebut.

Tidak semua tawaran syuting acara dia terima. Ayah satu anak itu selektif dalam menerima tawaran. Kalau banyak manfaatnya, dia pun menerima. Namun, jika program tersebut dirasa banyak mudarat, dia akan menolak.

Tidak hanya mengisi acara religi, Wisnu juga berusaha hidup sesuai dengan tuntunan syariat yang diyakini. Dia memanjangkan jenggot. Mengenakan baju koko, jubah, dan celana di atas mata kaki. Dia berusaha mengikuti cara berpakaian dan berpenampilan Rasulullah.

Kondisi itu sangat berbeda dengan kehidupannya empat tahun silam. Tidak ada jenggot dan celana di atas mata kaki. Semua tawaran syuting dia terima. Yang terpenting menghasilkan uang. ”Dulu kadang salat, kadang tidak,” ucap anak pasangan Teuku Yusar dan Wuwuh A. Putri tersebut di studio Trans TV, Jumat (17/6).

Kala itu Wisnu berada di puncak popularitas. Namanya melambung ketika bermain dalam sinetron Cinta Fitri. Dia pun bergelimang materi. Saat itu dia beranggapan bahwa kekayaan dan ketenaran sebagai artis bisa membuatnya hidup bahagia. Ternyata anggapan itu, menurut dia kini, salah.

Semakin banyak harta dan semakin terkenal, Wisnu merasa ketenangan dan kebahagiaan hidup semakin jauh. Dia merasa hidupnya kosong. Hampa. Gelisah. ”Ketika pulang selesai syuting, saya merasa hidup ini kosong,” ungkapnya. Dia berusaha menghilangkan perasaan tersebut. Bukannya lenyap, perasaan itu malah semakin kuat menyelimuti hidupnya. Dia selalu merenung apa yang salah dengan dirinya.

Wisnu juga semakin sering ingat kematian. Apalagi ketika ada temannya yang tiada. Padahal masih sangat muda. Kisah kematian selalu terngiang di benaknya. Kematian bukan soal usia. ”Saya takut jika tiba-tiba saya mati. Padahal, saya belum punya bekal,” ujar dia.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan