Hanya Turun Rp 100, Sopir Angkot Sulit Beri Kembalian Ongkos

bandungekspres.co.id, CIWASTRA – Pengemudi angkutan kota di Kota Bandung enggan menyesuaikan tarif paska penurunan harga bahan bakar minyk (BBM) awal April lalu. Padahal, Organda bersama Dishub telah sepakat menurunkan tarif Rp 100 menyusul surat edaran Kementrian Perhubungan yang mengimbau penurunan tarif 3 persen.

Ujang Rahmat, 47, salah seorang pengemudi angkot jurusan Ciwastra-Gasibu mengatakan, mesti pemerintah hari ini resmi memberlakukan penurunan tarif, tetap saja hampir semua sopir enggan menurunkan ongkos tersebut. Karena tarif yang turun hanya Rp 100, dengan demikian tentu saja para pengemudi harus menyediakan uang receh setiap harinya.

”Bukan saya nggak mau menurunkan ongkos, tapi memang saya susah buat nyari uang recehnya,” kata Ujang kepada Bandung Ekspres kemarin (7/4).

Ujang mengungkapkan, jadi intinya bukan pihak sopir angkutan tidak mau menurunkan tarif, tapi untuk menyiapkan uang kembalian tersebut sangat sulit.  Untuk itu, Ujang berharap, para penumpang bisa mengerti akan situasi tersebut.

”Kalau tiap hari kita nyiapan uang ratusan kan susah juga nyarinya, jadi saya harap penumpang bisa mengerti,” ungkapnya.

Sekretaris Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Bandung Enjang Mulyana mengatakan angka tersebut mau tak mau harus dilaksanakan sopir.  ”Intinya sudah mengikuti imbauan dari pusat dan provinsi yaitu penurunan sekitar tiga persen atau sekitar Rp 100,” kata Enjang.

Di samping banyak pertimbangan lain dari para pengusaha angkot sehingga penurunan tarif tidak terlalu signifikan yang masih dikeluhkan baik pengusaha angkot atau sopir.

”Kalau kenaikan BBM itu pasti dengan segera naik juga suku cadang dan komponen lain. Tapi kalau turun mereka nggak turun juga,” kata dia.

Ia menyebutkan tarif ini akan diberlakukan secepatnya setelah ditandatangani oleh wali kota. Ini dilakukan sambil menyosialisasikan di lapangan agar bisa diketahui masyarakat dan dijalankan para sopir angkot.

Meskipun penurunan dikhawatirkan membuat kesulitan dalam pengembalian. Namun yang terpenting adalah mereka sepakat untuk menurunkan tarif. ”Yang paling penting mereka mengikuti imbauan penurunan tiga persen. Teknik di lapangan itu mereka yang lakuin. Tapi ya harus diikuti,” ucapnya.

Sementara itu Juju Djuariah, 29, salah seorang karyawan swasta berharap, mesti demikian seharusnya para sopir angkutan kota tersebut bisa konsisten dengan aturan pemerintah ini. Jangan karena hanya turun Rp 100 mereka tidak mau memberikan kembalian uang tersebut.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan