Gerhana Matahari Total (GMT) Tertutup Mendung

Di bagian lain, momen GMT bukan hanya dimanfaatkan kaum peneliti dan para wisatawan. Organisasi keagamaan juga telah menyiapkan peristiwa langka itu sebagai sarana mendekatkan diri kepada sang pemilik alam. Sekretaris Jenderal (Sekjen) Pimpinan Pusat Muhammadiyah Abdul Mu’ti mengatakan, pihaknya sudah menerbitkan surat edaran kepada jajarannya, khsusnya wilayah yang mengalami GMT untuk melakukan salat gerhana.

”Sudah menyampaikan tuntunannya, yang isinya menjelaskan secara keilmuan dan tuntunan agama terkait gerhana sesuai hadis yang kita anggap shahih,” ujarnya saat dihubungi Jawa Pos (induk Bandung Ekspres) kemarin (6/3).

Pemahaman terkait keilmuan dan tuntunan agama itu, kata Mu’ti, diperlukan untuk menghindari adanya pemahaman yang salah di tengah anggota perserikatan. ”Misalnya menganggap gerhana sebagai kemarahan tuhan, atau mitos ilmiah yang menyebut bisa membuat kebutaan, itu kita jelaskan,” imbuhnya.

Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PB NU) juga tak ketinggalan ikut merespon fenomena alam gerhana matahari total yang diprediksi bakal terlihat di sejumlah daerah. Bukan saja anjuran melaksanakan salat gerhana, PB NU juga telah mengeluarkan himbauan kepada warga NU untuk ikut serta melakukan pengamatan.

Anjuran dan himbauan itu dituangkan lewat surat yang telah dikeluarkan Lembaga Falakiyah PB NU kepada pengurus wilayah dan cabang seluruh Indonesia, jauh-jauh hari.  ”Setelah melakukan pengamatan, baru kemudian kami anjurkan kepada warga NU bersama-sama untuk mengajak seluruh masyarakat melakukan shalat gerhana di tempat masing-masing,” ungkap Ketua Lembaga Falakiyah PB NU KH Ghozali Masruri, saat dihubungi, kemarin.

Dia menyatakan, anjuran ikut melakukan pengamatan fenomena gerhana tersebut agar seluruh masyarakat dapat menarik pembelajaran. Bukan semata menambah pengetahuan dan keilmuan, tapi juga menambah kadar keimanan.

”Kewajiban kita semua untuk belajar, termasuk ilmu falak, sesungguhnya jadi jalan untuk meningkatkan iman. Karena itu, sepatutnya ditutup dengan melakukan salat gerhana dan memperbanyak zikir,” beber Ghozali, kembali.

Perlunya melakukan pengamatan, lanjut dia, juga sejalan dengan pandangan NU terkait model hisab dan rukyat. Bahwa, prediksi tentang waktu dan tempat terjadinya gerhana mataharo total dan sebagian juga perlu ditunjang dengan pengamatan langsung.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan