Gerakkan Kursi Roda dengan Otak untuk Penderita Stroke

Mengembangkan Teknologi Electroencephalography (EEG) di Indonesia

Penggunaan teknologi sinyal otak untuk menggerakkan lengan robot milik I Wayan Sutawan (Tawan) ada yang meragukan. Namun, penggunaan sinyal otak melalui teknologi electroencephalography (EEG) benar adanya. Seperti kursi roda otak yang dibuat Arjon Turnip dan tim dari LIPI.

ZALZILATUL HIKMIA, Bandung

EEG
ZALZILATUL HIKMIA/JAWA POS

EKSPERIMEN KESEHATAN: (dari kiri) Arjon Turlip, penemu kursi roda otak, sedang
menjelaskan cara kerja kursi roda otak bersama tim LIPI belum lama ini.

”KONSENTRASI, ya,” tutur Muhammad Agung, 25, setelah memasang cap elektroda di atas kepala dan menyuntikkan gel di lubang-lubang cap. Ada 32 titik di kepala yang disambungkan dengan cap elektroda itu. Sebelum mulai digunakan, elektroda harus dipastikan menempel pas di kulit kepala.

Agung kemudian mengulik laptop yang telah terpasang di atas kursi roda. Hal itu dilakukan untuk memasukkan sinyal yang dihantarkan listrik kepala melalui cap elektroda ke amplifier sehingga bisa diolah di software EEG di laptop.

Tidak lama kemudian, koneksi pun terbangun. Di layar laptop muncul grafik sinyal yang dikirimkan otak. Setiap memikirkan sesuatu atau tak sengaja menggerakkan tangan, mata, atau bagian tubuh lainnya, bentuk grafik akan berubah. Setelah itu, sinyal diolah kembali. Sinyal yang masuk di-filter dari noise-noise yang ada dalam pikiran

Hanya disisakan untuk sinyal dengan frekuensi 9 hertz yang berarti instruksi maju. Lalu, 8 hertz untuk mudur, 6 hertz ke kiri, dan 7 hertz ke kanan.

Sinyal itulah yang dikirim ke pengontrol di bagian bawah kursi roda. Pengontrol tersebut kemudian menerjemahkan perintah ke kursi roda untuk bergerak.

Grafik di layar laptop pun langsung berganti dengan layar hitam yang dihiasi empat kotak yang berkedip-kedip. Masing-masing kotak berada di sisi kanan, kiri, atas, dan bawah.

”Sekarang coba konsentrasi dan perintahkan untuk maju ke depan,” ujar salah seorang anggota tim peneliti kursi roda otak itu.

Menggerakkan kursi roda tersebut ternyata tidak semudah dugaan awal. Meski sudah berkonsentrasi dan berusaha menggerakkannya, laju kursi roda sering tidak sesuai dengan yang dimaksud. Hal itu terjadi karena konsentrasi sering terputus.

Tinggalkan Balasan