Dua Anak Gizi Buruk

Butuh Bantuan, Tidak Punya Jaminan Kesehatan

bandungekspres.co.id – Nasib malang menimpa Gery Graham, 10, dan Janeta Alexandria, 6, anak pasutri Deni Heriyanto, 50, dan Rina Magdalena, 45, di Kampung Pameutingan, RT 1 RW 9, Desa Malakasari, Kecamatan Baleendah. Kedua anak tersebut menderita gizi buruk akut sehingga tidak bisa berjalan.

Saat ini, hanya anak pertama mereka, Jimmy, 14, yang tumbuh normal dan bersekolah di SMPN 1 Pameungpeuk. Sementara Gery Graham hanya bisa terbaring meringkuk kaku di atas kasurnya. Tubuhnya sangat kurus, tampak seperti tulang berbalut kulit. Penglihatannya, sudah tidak jelas untuk melihat. Dia tidak bisa bicara dan hanya bisa merintih.

Korban tak kalah memprihatinkan juga terjadi pada adik perempuannya Janeta. Dia hanya bisa bicara namun tidak bisa berjalan dan bergerak seperti anak lain seusianya. Tangan dan kakinya lemas. Namun, Janeta terlihat selalu tersenyum pada siapapun.

Rina mengungkapkan, Gery lahir prematur dengan bobot 1,7 kilogram dan divonis mengalami radang selaput otak. Sejak saat itu, tubuh Gery terus meringkuk dengan tangan dan kaki terlipat. Badannya terus kurus dan sulit untuk makan.

”Dia tidak bisa apa-apa sama sekali, penglihatannya sudah kabur. Makannya hanya bubur dan tidak bisa mengunyah. Kalau tidak dengar musik apa saja, dia gelisah dan menangis,” kata Rina kemarin (21/3).

Sedangkan anak bungsunya Janeta, sangat periang dan banyak bicara. Kendati, kondisi Janeta terbelenggu tidak bisa bergerak atau berjalan seperti anak seusianya. Janeta, katanya, selalu ingin bermain bersama teman-teman seusianya meski kebanyakan hanya duduk.

”Kalau ditanya mau sekolah, dia selalu bilang ingin sekolah. Tapi bagaimana bisa, karena faktor ekonomi serta Janeta sulit bergerak,” ucap Rina.

”Dia dulu normal, sampai tiga bulan. Setelahnya, dia lemas. Kalau ditanya, pasti bisa jawab. Tapi dia tidak bisa mengerakan kakinya, tapi hanya bisa mengerakan tangannya saja,” katanya.

Rina menjelaskan, suaminya bekerja sebagai buruh serabutan. Gery dan Janeta biasa mendapat pelayanan kesehatan di posyandu serta baru kemarin pihak puskesmas mendatangi rumahnya.

”Kami tidak memiliki Kartu Keluarga dan KTP, sehingga untuk memiliki BPJS sangat sulit,” jelasnya.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan