Dipukul karena Berisik dan Tak Mau Cium Kaki si Pemilik

Juga, ketika ditanyai siapa pelakunya, semua jari mengarah kepada satu anak. Namanya, Ab. Ironisnya, Ab baru berusia empat tahun. Bahkan, untuk jalan pun, dia belum bisa tegak.

Kalau kemudian dia sampai bisa menjadi pelaku tindak kekerasan dan pelecehan seksual terhadap Ba, itu terjadi karena Ab selalu mendapat tugas memandikan Ba. Edi menjelaskan, setiap anak memang bertugas memandikan anak lain yang berusia lebih muda.

Tim relawan sosial yang diutus untuk melakukan survei sebelum penggerebekan oleh polisi menuturkan, ketika mereka datang, ada sejumlah anak yang bermain pukul-pukulan dengan gagang sapu. Para pengasuh di LKSA Permate juga menuturkan, hampir semua anak bercerita pernah dipukul dengan gagang sapu. Terkadang dengan hanger atau gantungan baju.

Muhammad Syaltut, psikolog Badan Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, dan Keluarga Berencana (BPPPA-KB) Kota Batam pernah melakukan konseling kepada anak-anak tersebut sehari penuh. Mereka mengaku bahwa pemukulan itu hukuman lantaran berisik. ”Atau karena mereka enggan mencium kaki puang (Elvita, Red) sebelum makan,” katanya.

Tumbuh dalam siklus kekerasan seperti itu tak pelak menimbulkan dampak psikis pada anak-anak malang tersebut. Mereka kehilangan rasa percaya diri dan berubah menjadi pribadi yang tertutup.

Menurut Syaltut, pengaruh lanjutannya dijumpai pada tingkat kreativitas dan inteligensia mereka. ”Trauma itu harus disembuhkan kalau ingin anak itu percaya diri kembali,” katanya.

Bayi itu menggerak-gerakkan kedua kakinya dengan cepat. Dia telungkup di dalam boks bayi. Kepalanya tersandar tanpa daya. Matanya terbuka, tapi seperti tak memandang.

Dari kamar, Ana berlari kecil. Sembari mengajak berbincang, dia mengangkat bocah perempuan itu dari boks. Dibawanya melintasi ruang bermain, ke arah kamar mandi.

Terdengar suara gemericik air. Tak berapa lama, Ana keluar sambil membopong si bocah. Handuk melingkar di perutnya. ”Masih diare,” kata Ana sambil mengelap air di badan Za, nama balita itu.

Za, bersama tiga balita lain, yaitu Kh, Sy, dan Il, juga ”alumni” Panti Asuhan Rizki Khairunnisa. Ana merupakan perawat mereka di Panti Anak Yayasan Pembinaan Asuhan Bunda (YPAB), tempat baru mereka sejak dievakuasi Oktober lalu.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan