Cianjur Makin Minim Serapan Air

Cianjur Rawan Bencana

Sementara itu, hujan deras mengguyur Cianjur dan sekitarnya sejak Rabu (9/3) lalu, mengakibatkan longsor di sejumlah daerah di Cianjur. Termasuk paling parah di kawasan Cipanas.

Petugas Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Herry Purnomo mengatakan, longsor terjadi karena kondisi tanah di Desa Batulawang Kecamatan Cipanas sudah gembur dan tidak bisa menyerap air apabila intensitas hujan berlangsung lama.

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan di lokasi, tanah tersebut merupakan lahan pertanian yang dipakai para petani untuk menanam aneka palawija dan sayuran.

”Longsor terjadi karena ada indikasi pemotongan lereng yang memicu longsor. Hujan deras yang lama juga menimbulkan kejenuhan pada tanah sehingga tidak kuat menahan air, dan akhirnya terjadi longsoran,” terang Harry kepada wartawan di lokasi kejadian, kemarin (10/3).

Harusnya, lanjut Harry, lereng-lereng tersebut dibuat terasering dan ditanami pepohonan. ”Di Cipanas, ada ribuan hektar yang rawan lonsgor. Apalagi kalau lerengnya dipotong, bisa bertambah lagi,” paparnya.

Dia menjelaskan, ribuan hektar lahan di Cipanas yang rawan longsor tersebut disebabkan mulai banyak hilangnya pohon dengan akar tunggal yang berfungsi menahan tanah apabila air masuk.

”Hampir 70 persen bangunan di Kota Bunga ini rawan longsor. Itu bisa dilihat dari banyaknya bangunan yang berdiri di atas lereng dan tebing. Bahkan bangunanannya asal bikin dan tidak melihat kondisi letak tanah,” terangnya.

Untuk mengantisipasi terjadinya longsir kembali, Herry menyarankan agar di sekeliling komplek dibangun tembok penahan tanah (TPT), dibuat terasering, dan banyak membuat saluran air untuk menurunkan kejenuhan air.

”Membangun harus sesuai dengan aturan tata ruang. Kondisi tanah harus diperhitungkan. Termasuk kemiringan lereng,” ujarnya

Berdasarkan hasil pemetaan yang dilakukan olehnya puluhan tahun lalu, saat ini lahan untuk menyerap air banyak yang gundul. Tingkat resapan air tinggi, maka potensi bencana juga tinggi.

”Saya melakukan pemantauan dari tahun 80-an, untuk mengamati kerentanan gerakan tanah di Cianjur akibat alihfungsi lahan. Salah satu daerah yang paling rawan bencana ada di Cianjur selatan,” pungkasnya.

Wabup Cianjur Tak Tahu Ada Hotel di Kota Bunga

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan