Bisnis Rajutan Butuh Suntikan Modal

bisnis rajutan
AMRI RACHMAN DZULFIKRI/BANDUNG EKSPRES
SENTRA RAJUT: Perajin nenyelesaikan pembuatan jaket di salahsatu industri rajut Binong, Jalan Binong Jati, Kota Bandung, Selasa (5/1). Bisnis Rajutan Butuh Suntikan Modal

bandungekspres.co.id– Memasuki pasar bebas atau masyarakat ekonomi ASEAN (MEA), para pengusaha bisnis rajutan di Kota Bandung mengeluhkan tingginya harga bahan baku. Karena untuk bersaing pada pasar bebas, kualitas produk akan menjadi salah satu nilai jual terhadap konsumen.
Salah satu pengusaha rajutan Binong Jati, Robbi, 40, mengatakan harus meningkatkan kualitas dan pemasaran produk. Namun hal itu diakui pria yang sudah merintis usaha rajutan di Sentra Rajut Binong sejak tahun 2001 ini terbentur dengan modal yang ada saat ini atas melambungnya harga bahan baku.
”Ya tentu harus ada modal tambahan, karena kita ingin meningkatkan kualitas juga untuk bisa bersaing dengan barang yang masuk dari luar negeri nanti. Sebetulnya sudah siap menghadapi MEA, tapi ya itu butuh modal lagi karena bahan baku harganya terus naik,” ujar dia saat ditemui di tempat usahanya di Sentra Rajut Binong, Jalan Gatot Subroto, Bandung, kemarin (19/1).
Sementara itu, pengusaha rajutan lainnya, Winarti mengungkapkan, guna menunjang kualitas produk yang bagus dirinya memerlukan bahan baku yang berkualitas. Namun, saat ini diakuinya harga bahan baku masih tinggi. Seharusnya, lanjut Winarti, pemerintah mesti mengontrol harga bahan baku agar para pengusaha rajutan mampu bersaing dalam pasar bebas.
’’Pemerintah seharusnya bisa ngontrol harga bahan baku agar jangan sampai naik. Karena kalau itu naik tapi kita susah untuk menaikkan harga ke konsumen. Yang ada malah pada lari. Intinya asal harga bahan baku jangan naik lah, masih stabil, MEA enggak masalah sih,’’ katanya.
Hal senada pun diungkapkan Rudiansyah, 40, yang mengaku membutuhkan suntikan modal guna meningkatkan kualitas produksinya. Jika tidak mendapatkan modal tambahan, dia pesimis mampu bersaing dengan produk luar. Padahal, ia menyakini industri rajutan sudah siap menghadapi MEA.
’’Cuma kendalanya permodalan itu. Bisa sampai empat kali lipat modalnya karena harga bahan baku yang masih tinggi sedangkan kita harus memproduksi barang berkualitas,’’ jelas Rudi. (dn/fik)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan