Bebaskan dari Abu Sayyaf, Pemerintah Klaim Hasil Diplomasi

bandungekspres.co.id, BALIKPAPAN – Kabar yang ditunggu-tunggu itu akhirnya datang juga. Sepuluh WNI yang menjadi sandera kelompok militan pimpinan Abu Sayyaf kemarin (1/5) bebas. Mereka disekap selama 37 hari sejak 26 Maret, setelah kapal Brahma 12 dan Anand 12 yang mereka bawa dibajak di Laut Sulawesi.

Mereka yang diterbangkan dari Zamboanga, Filipina, itu dibantu oleh tim kemanusiaan Surya Paloh. Termasuk menggunakan jet milik ketua umum Partai NasDem tersebut. Pesawat yang sempat transit di Bandara Internasional Sepinggan, Balikpapan, semalam disebut untuk mengisi bahan bakar. Selanjutnya, kesepuluh sandera diterbangkan ke Lanud Halim Perdanakusuma.

Dari pantauan Kaltim Post, jet tersebut mendarat persis sebelah di landasan yang biasa diisi pesawat charter di Zona Otoritas Angkasa Pura 1 Balikpapan. Selang 40 menit kemudian, rombongan kendaraan dari Lanud TNI AU, Lanal AL, dan  Kodam VI Mulawarman keluar dari kawasan tersebut.

Tidak ada satu pun dari unsur muspida yang memberikan pernyataan terkait pesawat nonkomersial itu. Sampai pukul 22.30 Wita, awak media yang menunggu rombongan untuk dimintai keterangan tak membuahkan hasil.

Pun demikian, koran ini berupaya menghubungi Humas Lanud Balikpapan Kapten Deni Kusdinar tak menemui titik terang. ”Enggak boleh, Mas. Kami tidak mengetahui izin untuk peliputan,” ungkap seorang petugas Angkasa Pura 1.

Sementara itu, wawancara dari salah satu stasiun televisi, Wawan, sandera asal Sulawesi Selatan, sangat bersyukur selamat. Dia mengaku sudah dua tahun tak pulang dan bertemu keluarga. Perjalanannya berlayar ini sudah ketiga kalinya melewati rute yang sama. Apes, dia menjadi salah satu korban pembajakan kapal dalam perjalanannya yang ketiga.

”Prosesnya gimana, saya belum tahu persis. Waktu itu saya masih tidur di dek bawah. Pas saya bangun, mereka (perompak) sudah ada di atas kapal. Jadi, kejadian persisnya saya tidak tahu,” katanya. Dia juga bersyukur kepada Tuhan masih diberikan kesempatan hidup.

Korban lain, Suryanto, mengaku kerap mendapat ancaman potong leher dari para perompak. Dari sepuluh sandera, dibagi dalam dua kelompok yang berisi tujuh orang dan tiga orang. Suryanto masuk dalam kelompok tujuh orang. Di atas kapal, tak banyak yang dikerjakan. Hanya makan dan tidur.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan