Baru Bisa Beli Papan Selancar Baru dari Uang Beasiswa

Yukojati Anabela, Berprestasi di Tengah Keterbatasan

Yukojati Anabela tercatat sebagai salah seorang surfer perempuan junior terbaik di dunia saat ini meski berangkat dari kesulitan hidup. Terpilih mewakili Indonesia dalam sebuah program dokumenter televisi Asia.

SUGENG SULAKSONO, Cimaja

MATAHARI hampir terbenam di ujung Pantai Cimaja, Pelabuhan Ratu, Sukabumi. Segera setelah berganti pakaian, Yukojati Anabela yang menenteng papan selancar di tangan menuju pantai.

Tapi, pada Selasa sore lalu (23/2) itu, ombak sedang kurang tinggi. Bela -demikian remaja putri 15 tahun itu biasa dipanggil- pun lebih memilih duduk di pinggir pantai.

”Sekarang aku sebenarnya lagi jarang surfing. Lagi intensif persiapan PON (Pekan Olahraga Nasional),” ujar gadis kelahiran Jakarta, 5 September 1998, itu.

Bersama empat atlet Jawa Barat lainnya, Bela memang tengah digembleng dalam pemusatan latihan cabang olahraga selancar angin menuju PON 2016. Sejak akhir tahun lalu dia tinggal di mes atlet kawasan Pantai Cimaja.

Namun, passion terbesarnya tetap surfing. Itulah olahraga air yang pertama dikenalnya. Itu pula olahraga yang telah memberinya banyak prestasi. Termasuk di level internasional

Di antaranya, dia pernah mengikuti event 1234 SSA Minigrom Championship pada 2009 sampai 2013. Dan, menjuarai Merdeka Surf Contest di Cimaja.

Pada 2015 Bela tercatat berada di peringkat ke-13 dari 50 surfer perempuan terbaik tingkat junior dari 25 negara versi International Surfing Association (ISA). Dari situ pula dia meraih beasiswa dari organisasi yang sama.

Beasiswa USD 1.000 itu diraih pada 2013. Sebagian, sekitar Rp 3,5 juta, digunakan untuk membeli papan selancar. Itulah papan selancar baru yang pernah dia beli. Sebelumnya dia hanya membeli papan bekas atau memperbaiki papan patah bekas surfer asing yang bermain di Cimaja.

Prestasi Bela memang diraih dari keterbatasan. Juga, peliknya persoalan keluarga. Mamanya, Titin Mulyani, seorang janda yang tidak bekerja dengan tanggungan tiga anak.

Praktis Bela sebagai anak tertua menjadi tulang punggung. Termasuk memberikan uang jajan kepada dua adiknya, Zefanya Damaryomazaki, 14, dan Nadim Aprilio, 4, tiap kali berkesempatan pulang ke rumah di Kota Pelabuhan Ratu.

Sebagai atlet puslatda (pemusatan latihan daerah), Bela menerima uang saku Rp 1,5 juta dari KONI Jabar. ”Memang uangnya suka sisa. Kadang kalau memang mama nggak bisa kasih uang buat SPP (sumbangan pembinaan pendidikan, Red), aku bayar dari situ uangnya,” kata dia.

Tinggalkan Balasan