Atasi Dulu Masalah Produktivitas

[tie_list type=”minus”]Ronald Walla tentang Tantangan Industri Padat Karya[/tie_list]

Pengembangan industri padat karya tidak bisa lepas dari ironi pabrikan tembakau. Digencet sana-sini. Namun, tetap menjadi pilar pada peta jalan industri nasional.

Ronald Walla
Ronald Walla

SEBAGAI pebisnis yang berkecimpung di industri padat karya, Presiden Direktur (Presdir) Wismilak Ronald Walla menganggap tenaga kerja sebagai aset yang amat berharga. Tenaga kerja di Indonesia, papar pria yang hobi bersepeda itu, punya tantangan dalam hal produktivitas

Menurut dia, jika ingin ekonomi kuat dan Indonesia menjadi kekuatan besar dunia, daya beli masyarakat mesti dijaga. ’’Logikanya, kalau daya beli meningkat, kan gaji karyawan pasti naik. Kalau gaji karyawan naik, otomatis produktivitasnya harus ditingkatkan dong,’’ ujarnya.

Sumber daya manusia memang punya posisi yang penting dalam perusahaannya. Dulu, papar Ronald, staf yang mengurusi masalah sumber daya manusia (SDM) hanya lima orang. Sekarang sudah 30 orang. Meski tergolong tidak banyak, pertambahan jumlah staf di bidang SDM itu menunjukkan keseriusan perusahaan dalam memandang fungsi tenaga kerja.

Tantangan industri rokok memang tidak ringan. Tiap tahun digencet dengan tarif cukai yang tinggi. Banyak perusahaan kecil dan menengah yang berguguran. PT Wismilak Inti Makmur Tbk termasuk yang bertahan. Wismilak, yang banyak memproduksi sigaret keretek tangan (SKT), mendapat untung dari market yang terus tumbuh.

’’Kami punya strategi di SKT. Jadi, penjualannya tumbuh 20 sampai 40 persen tiap tahun,’’ katanya saat ditemui di kantor Wismilak di Surabaya. SKT mempunyai pasar yang bagus dan kuat di Jawa Barat. Meski SKT hanyalah salah satu di antara jenis rokok yang diproduksi Wismilak, tingginya cukai rokok tetap membuat perusahaan mempertahankan produksi SKT.

Wismilak, menurut Ronald, tetap bertahan dan tidak melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK). Perusahaan juga tidak mengurangi jam kerja. Sebab, penjualan dan permintaan memang terus tumbuh.

Menurut Ronald, memang ada perusahaan rokok yang memilih efisiensi dalam hal jumlah karyawan. Namun, rata-rata tindakan tersebut dilakukan oleh perusahaan top leader di industri. ’’Kami kan di level small medium. Jadi, ruang untuk terus berkembang tetap ada,’’ lanjutnya.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan