Ada 144 Aliran Sesat di Jabar

[tie_list type=”minus”]MUI Terus Melakukan Investigasi[/tie_list]

bandungekspres.co.id– Sekretaris MUI (Majelis Ulama Indonesia) Provinsi Jawa Barat, Rafani Akhyar membantah keras munculnya aliran sesat di Indonesia karena kelalaian pihaknya. Menurut dia, sejak awal tahun 2013 pihaknya sudah mendeteksi dan menganalisis aliran menyimpang ini, namun tidak pernah ditanggapi serius oleh pemerintah.

”Kami tekankan, munculnya aliran menyimpang di masyarakat bukan kelalaian MUI,” kata Rafani, kemarin (1/2). ”Setelah ramai, baru pihak pemerintah riweuh (repot),” ujarnya.

Dia menuding pihak pemerintah telah lalai dalam mengawasi pergerakan anggota Gafatar. Bagaimana tidak, dalam kurun waktu beberapa tahun, organisasi ini telah berhasil menguasai lahan ratusan hingga ribuan hektar.

”Seharusnya, pemerintah ada kecurigaan mengapa dalam waktu cepat organisasi Gafatar bisa mengusai banyak tanah. Masa tidak tahu? Jangan selalu menyalahkan kami, justru pihak pemerintah yang terlalu mengabaikannya,” jelas Rafani.

Oleh karena itu, mulai saat ini pihaknya mengajak pemerintah bisa bersinergis dalam mengawasi aliran-aliran yang menyimpang di masyarakat agar tidak ada lagi temuan seperti yang saat ini terjadi.

”Kami ingin kedepannya MUI sebagai mitra strategis pemerintah untuk bisa saling menguatkan. Artinya, bisa menanggapi hasil analisis kami,” ungkapnya.

Sementara itu dikatakan dia, Jawa Barat sendiri tercatat ada 144 aliran yang dianggap menyimpang.

Menurutnya, aliran-aliran ini kadang meredup lalu muncul secara tiba-tiba. Sebetulnya, lanjut Raffani, pihaknya telah lama mendeteksi adanya aliran sesat di Jabar. Aliran ini dianggap menyimpang setelah melalui proses investigasi dari MUI.

”Dari 144 aliran itu, ada yang sudah dalam proses investigasi. Ada yang dipastikan menyimpang, ada yang belum. Jadi, aliran ini ada tingkatannya,” kata Raffani.

Rafani menyebutkan, aliran-aliran yang kadang muncul dan hilang, ada diantaranya aliran Millah Ibrahim, yakni hidup di balik hidup dan terdapat di Cirebon.

Dia pun mengakui, memang sangat sulit menemukan ajaran-ajaran yang menyimpang tersebut. Sebab, sebagian ada yang menyebarkan bukan secara berkelompok, tapi secara perorangan.

Oleh sebab itu, MUI Jabar telah menginstruksikan kepada seluruh MUI di tingkat Kabupaten/Kota hingga tingkat desa, untuk secara aktif melakukan pembinaan kepada masyarakat lingkungan sekitar.

Tinggalkan Balasan