Warga Bogor Dihantui Penyakit ISPA

BOGOR – Musim kemarau belum juga beranjak dari wilayah Bogor dan sekitarnya. Selain membuat petani gagal panen, kemarau juga berdampak pada penyebaran penyakit. Berdasarkan data jumlah kunjungan puskesmas di Kota Bogor, penyakit infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) berada di urutan teratas.

Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan (Yankes) pada Dinas Kesehatan Kota Bogor, dr Ratna Dyah Mutiarani mengatakan, sejumlah penyakit mulai meningkat selama kemarau berlangsung. ”Selama kemarau, ada cukup banyak penyakit yang jumlahnya meningkat. Ada sepuluh penyakit yang teratas yang kami data,” ujar Ratna kepada Radar Bogor (grup Bandung Ekspres) kemarin (14/9).

Sebelum menyebutkan urutan penyakit tersebut, Ratna menjelaskan faktor utama yang membuat penyebaran penyakit menjadi-jadi di kala musim kemarau. Yakni, pola hidup masyarakat Bogor yang mulai tidak memprioritaskan kebersihan dan kesehatan. Hal ini diistilahkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).

”Ya, faktor utamanya adalah perilaku hidup bersih dan sehat atau PHBS masyarakat kita kurang baik. Makanya, jumlah kasus penyakit-penyakit ini meningkat,” jelas Ratna.

Nah, untuk penyakit yang menempati urutan nomor pertama, kata Ratna, adalah penyakit ISPA. Dikatakan, penyakit ini belum tergeser dari bulan-bulan sebelumnya, terutama sebelum kemarau. Bahkan, kasus ISPA terus meningkat. ”Selama kemarau, kasus ISPA lumayan meningkat, sekitar 20 persen,” sebut dia.

Ratna membeberkan, ada banyak faktor yang menyebabkan orang terkena ISPA. Contohnya, saat musim kemarau, intensitas konsumsi minuman dingin yang mengandung gula dan soda meningkat sekadar untuk melepas dahaga. Selain itu, masih karena kemarau, polusi udara juga menjadi-jadi. Yang paling rawan terserang adalah orang yang tidak memakai masker penutup hidung dan mulut karena debu-debu akan terhirup. ”Selain itu, istirahat kurang, pola makan tidak bagus, juga memengaruhi,” tutur Ratna.

”Jadi, ada banyak faktor yang menyebabkan ISPA itu meningkat. Apalagi di negara kita ini adalah negara tropis. Kemudian, perilaku penduduk kita untuk kesadaran kesehatan masih kurang,” tambahnya.

Selain ISPA, penyakit yang kasusnya mengalami peningkatan adalah hipertensi, dan diabetes melitus (DM). Lagi-lagi, Ratna ”menyalahkan” gaya hidup masyarakat Bogor yang kurang baik sebagai faktornya. ”Ini semua dipengaruhi lifestyle yang kurang bagus. Pola makannya yang masih suka makan berlemak, fast food dan junk food, jarang olahraga. Seperti diare. Sebelum makan, ada yang suka tidak cuci makan. Ini rentan terkena diare,” bebernya.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan