UMKM Lebih Stabil, Perbesar Kredit

SURABAYA – Perlambatan ekonomi dan melemahnya nilai tukar rupiah disiasati perbankan dengan memperbesar porsi kredit usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Sebab, pengusaha kecil dinilai lebih kuat dalam menghadapi tekanan rupiah yang terus melemah daripada industri besar.

UMKM
dokumentasi

FINISHING KRAMIK: Seorang perajin menyelesaikan proses pembuatan keramik di salah satu studio keramik Jalan Taman Pramuka Bandung, baru-baru ini.

”Bisnis di unit mikro lebih tahan. Sebab, pengusaha di level bawah tidak ada masalah dengan rupiah,” kata Regional Corporate Officer PT Bank Danamon Indonesia Tbk Wilayah Jatim, Bali, dan Nusa Tenggara (Nusra) Eddie Harijanto Bintoro kemarin.

Pasar tradisional menjadi salah satu lokasi strategis bagi bank untuk menyalurkan kredit mikro. Eddie menjelaskan, perseroan memang sudah lama masuk ke pasar tradisional lewat unit mikro. Saat ini sudah ada 150 unit mikro di wilayah Jatim, Bali, dan Nusra.

Soal jumlah kredit modal kerja yang disalurkan, Eddie enggan membeberkan. ”Yang jelas, untuk sektor mikro di wilayah ini, masih lebih baik daripada capaian secara nasional. Memang secara keseluruhan, ada penurunan. Tapi, penurunan penyaluran kredit di wilayah ini tidak sedrastis nasional,” papar dia.

Mayoritas kredit modal kerja disalurkan untuk sektor perdagangan. Kontribusi sektor perdagangan lebih dari 50 persen. ”Ke depannya, kami masih akan bertumpu pada sektor ini. Cuma, mungkin agak selektif,” beber dia. Untuk non-performing loan (NPL), Eddie mengatakan bahwa ada peningkatan, baik NPL gross maupun netto.

Kredit mikro, lanjut dia, bukan hanya kredit modal kerja. Tapi juga didorong kredit konsumsi melalui anak usaha, yakni PT Adira Dinamika Multi Finance Tbk. ”Konsumsi untuk mikro cukup bagus kalau lewat Adira. Hampir 50 persen di wilayah kami itu disokong mikro, baik konsumsi maupun produktif,” ujar dia.

Meski sektor mikro lebih tahan banting, tidak berarti nasabah industri besar terguncang. Dia menampik anggapan bahwa peningkatan NPL disebabkan industri besar yang kesulitan membayar utang. Sebab, industri besar yang menjadi nasabah Danamon punya perencanaan keuangan yang lebih baik. Karena itu, nasabah yang terkena masalah, terutama dalam membayar impor bahan baku, tidak lantas membuat angsuran kredit macet. (rin/c11/oki/rie)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan