Siswa Lebakwangi 5 Bulan Sekolah di GOR

ARJASARI – Aktivitas kegiatan belajar mengajar (KBM) siswa sekolah ini memprihatinkan. Sudah lima bulan terakhir, mereka bersekolah di GOR (Gelanggang Olahraga) Desa Lebakwangi.

Bahkan, pada pelakasanaan ujian sekolah kemarin, para siswa SDN Lebakwangi 1 numpang di SDN Lebakwangi 2. Hal itu terjadi karena belum memiliki gedung baru. Pasca terusir oleh ahli waris yang mempersoalkan bangunan SDN Lebakwangi 1.

Kepala SDN Lebakwangi 1 Euis Mariam mengaku, sangat prihatin dengan keadaan siswanya. Sebab, situasi belajar berjalan kurang kondusif. Banyak hal yang membuat tidak nyaman para siswa. Di antaranya kondisi di dalam ruangan GOR cukup panas. Belum lagi para pengajar harus berteriak-teriak dalam menyampaikan pelajaran kepada siswa, sehingga membuat risih siswa kelas lain yang berada dalam satu ruangan.

Selain itu, pembatas kelas hanya menggunakan tripleks. Kemudian, kondisi toilet menjadi salah satu kendala yang dikeluhkan karena hanya ada dua. Sedangkan siswa seluruhnya berjumlah 270 orang. ’’Ya kasihan saja. Penyampaian materi ngga bisa maksimal,’’ kata dia ditemui di SDN Lebakwangi 2 Senin (18/5).

Dia menjelaskan, terpaksa melaksanakan ujian dengan menumpang di sekolah lain karena sampai saat ini belum mendapat jawaban yang pasti dari pemerintah. Terkait pembangunan sekolah baru yang sebelumnya direncanakan akan mulai dibangun bulan April kemarin. Untuk melaksanakan ujian sendiri, dibutuhkan tiga ruangan karena siswa kelas enam yang menjadi peserta ujian berjumlah 56 orang.

’’Ini bukan yang pertama kalinya kita numpang. Setiap melaksanakan kegiatan kelas enam, kita pasti ikut ke sekolah lain,’’ ujarnya.

Dia menyampaikan, sebelumnya, pada saat pelaksanaan ujian Try Out dan UKK mereka menumpang di SMK Bhakti Nusantara yang berada di samping kantor desa. ’’Pokoknya kalau ada kegiatan kelas enam pasti numpang,’’ katanya.

Selain pelaksanaan ujian, sebenarnya ada hal lain yang lebih mengganggu pikiran Euis. Yaitu, dalam menghadapi tahun ajaran baru. Apabila sampai bulan Juni nanti, bangunan baru belum juga terealisasi, dia khawatir tidak akan ada orang tua yang mau mendaftarkan anaknya di sekolah itu.

Sekarang saja, menurut Euis, sudah ada beberapa siswa yang dipindahkan oleh orang tuanya ke sekolah lain. Dengan alasan ketidaknyamanan dalam belajar. Belum lagi, hampir setiap hari banyak orang tua siswa yang datang memastikan kepada pihak sekolah, terkait kelanjutan bangunan sekolah baru. Padahal kepala desa telah sengaja merelokasi rumah yang berada di atas tanah yang akan dipakai untuk membangun sekolah. Sebab, sebelumnya mendapat informasi akan dilakukan pengurugan terlebih dahulu di area seluas hampir 60 tumbak tersebut. ’’Takutnya (jika tidak ada pembangunan) nggak ada siswa yang mau daftar,’’ keluhnya.

Tinggalkan Balasan