Pemkot Sulit Larang Penjual Baju Bekas Impor

 SUKAJADI – Pemerintah menyatakan larangan impor pakaian bekas karena diduga mengandung bakteri. Padahal di sejumlah Kota di Indonesia khususnya Bandung, produk pakaian impor bekas justru diminati.

PENJUALAN BAJU BEKAS
DIMINATI: Pengunjung memilih pakaian di pasar jumat Pusdai, Kota Bandung. Pakaian bekas menjadi sorotan sejak Mendagri melarang pembeliannya dengan alasan bakteri

Kondisi itu membuat Kabid Perdagangan Dinas Koperasi Perindustrian dan Perdagangan (Diskoperindag) Kota Bandung Asep Sudrajat tidak bisa melarang penjualan pakaian bekas kepada para pedagangnya.

’’Untuk melarang pedagang menjual pakaian bekas impor kita tidak bisa. Itu tidak ada peraturannya. Kalau pun melarang hanya untuk penjualan pangan dan farmasi,’’ terang dia kepada Bandung Ekspres kemarin (6/3).

Meski begitu, pihaknya tetap memberi sosialisasi kepada para pedagang mengenai dampak pakaian bekas. Juga mengimbau kepada masyarakat tidak membeli pakaian bekas impor. ’’Kita kasih tahu ke pedagang dan konsumen kalau barang bekas apalagi pakaian bekas itu nggak bagus, risikonya besar,’’ ujarnya.

Di Kota Bandung memang telah berdiri pusat penjualan pakaian bekas. Diskoperindag pun akan menelusuri pemasok dari pakaian-pakaian bekas itu. ’’Kita akan mengusut dari mana asalnya barang ini, soalnya distributor ini dipastikan ilegal,’’ katanya.

Sejumlah pedagang pakaian impor di Pasar Cimol Gedebage mengaku, keberatan jika harus ada larangan menjual pakaian bekas. Sebab, menjual pakaian bekas sudah menjadi mata pencaharian mereka. Penjual kemeja bekas di Pasar Gedebage Ahmad Faozal yang menjelaskan demikian.

’’Kalau harus berhenti jelas kami nggak mau. Apanya yang dilarang? Orang saya saja pakai pakaian bekas nggak pernah tertular bakteri,’’ ujar dia belum lama ini.

Dia menyebut, sudah tiga tahun berjualan pakaian bekas di Gedebage. Selama itu, masyarakat yang membeli pun tidak pernah komplain dengan baju yang dijual. Bahkan, selama tiga tahun berjualan, masyarakat banyak menyukai. Ahmad mendapatkan pakaian tersebut dari beberapa negara. Mulai dari Singapura, Korea dan Malaysia.

’’Apalagi kalau hari minggu, yang beli bisa dari mana-mana. Dari luar kota juga banyak, mereka pada senang ke sini dan kemeja yang dibelinya juga untuk dipakai sendiri, nggak ada masalah,’’ jelas dia.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan