Pelemahan Rupiah, Penjual Kerudung Nyaris Rontok

[tie_list type=”minus”]Omset Drop Hingga 80 Persen[/tie_list]

SOREANG – Melemahnya nilai tukar rupah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) berimbas kepada para pelaku usaha kecil dan menengah (UMKM) di wilayah Kabupaten Bandung. Salah satunya yang menjalankan bisnis busana muslim.

Omset pedagang, dalam kurun waktu tiga bulan terakhir mengalami penurunan hingga 80 persen lebih. Seorang penjual kerudung di Soreang Rina Widianingsing, 33, mengatakan, dirinya selama beberapa tahun fokus menggeluti bisnis kerudung dan gamis baru kali ini dia merasakan omzet penjualannya anjlok drastis. Kondisi ini seiring melemahnya nilai rupiah.

Salah satu indikator kelesuan tersebut, kata dia, terlihat saat selang hari raya Idul Adha beberapa waktu lalu. Dia bersama pedagang lainnya, nyaris tidak dikunjungi pembeli.

”Ini mungkin dampak dari nilai rupiah melemah. Sehingga daya beli masyarakat menurun,” kata Rina kemarin (29/9).

Dia menjelaskan, kebijakan yang dikeluarkan pemerintah beberapa hari yang lalu lalu juga belum membawa angin perubahan bagi perkembangan perekonomian. Rina yang mendapatkan barang impor pun terpaksa menjual dengan harga rendah agar barang tidak menumpuk dan meminimalisasi kerugian.

”Biasanya, jelang hari raya itu saya bisa mendapatkan omset lebih dari Rp 50 juta. Namun sekarang turun 80 oersen. Pedagang lain juga biasa mendapatkan Rp 10 juta kini hanya Rp 400.000 saja,” jelasnya sambil menambahkan, harga satu kerudungnya dijual di kisaran Rp 25.000 hingga Rp 200.000.

Dia mengaku, harus berpikir keras untuk mencari solusi terbaik dalam menghadapi kondisi tersebut. Meski pesanan keluar kota masih stabil tetapi penjualan di pasaran terancam mati.

”Sehari juga saya hanya dikunjungi empat pembeli. Bisa dibayangkan bila kondisi seperti ini terus terjadi tak menutup kemungkinan pedagang bisa merugi,” tuturnya.

Rina pun mencoba mengikuti berbagai event dan gelaran diluar agar dapat memasarkan produknya kepada masyarakat demi menghidupkan kembali usahanya. Tak hanya itu, dia juga ikut menerapkan metode lain seperti door to door dengan terjun langsung ke sejumlah sekolah demi mendapatkan pelanggan baru.

”Kalau pedagang lain saya tidak tahu gimana cara merespon kondisi perekonomian yang terpuruk ini. Kalau saya selain terjun ke lapangan juga membuka usaha lain salah satunya kuliner,” tuturnya.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan