Mulai Tarawih 17 Juni

COBLONG – Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Din Syamsuddin memastikan, awal puasa tahun ini tidak ada perbedaan ketetapan organisasi Islam. Pasalnya, dalam menentukan awal puasa, MUI dan Kementerian Agama (Kemenag) akan berusaha bersama merumuskan.

Ketua MUI Din Syamsuddin - bandung ekspres
ISTIMEWAFATWA ULAMA: Ketua MUI Din Syamsuddin memastikan awal
puasa tahun ini tidak ada perbedaan awal puasa dan Lebaran.

’’Dalam menetapkan awal Ramadan, kemenag tengah berkoordinasi dengan para ulama dan berbagai ormas Islam,’’ jelas Din ketika ditemui di jamuan makan siang di Gedung Sate kemarin (3/6).

Dirinya berpendapat,dengan metode hisab atau perhitungan, sebetulnya awal waktu puasa jauh hari telah diprediksi berdasarkan Ijtima. Bahwa, tanggal 16 Juni ketika matahari terbenam belum bisa dikatakan sebagai awal Ramadan. ’’Jadi awal Ramadan adalah tanggal 18 (Juni), malam tanggal 17 adalah mulai awal salat Taraweh,’’ ucap dia.

Selain itu, besar kemungkinan berdasakan pendekatan rukyat atau dengan cara melihat langsung, akan memiliki keputusan yang sama pada penentuan Idul Fitri. Bakal dirayakan secara bersama pada 17 Juli. Bahkan, kesamaan Ramadan yang terjadi bisa sampai pada 23 tahun kemudian.

Disinggung adanya perbedaan yang terjadi selama ini, dirinya berjanji akan melakukan pendekatan kepada sejumlah ormas Islam dan para ulama. Dia menilai, selama ini hal itu terjadi karena masing-masing menggunakan metode yang berbeda dalam menetapkan awal Ramadan. ’’Ada yang menggunakan rukyat atau melihat langsung. Ada juga yang menggunakan aqkli (akal pikiran), sehingga selalu ada perbedaan,’’ jelas dia.

Untuk menyamakan persepsi tersebut, dirinya menyarankan seluruh umat Islam bisa duduk bersama. Melakukan penelitian bersama menggunakan teknologi untuk ketetapan awal Ramadan. ’’Sekarang dengan menggunakan teknologi yang canggih, saya yakin akan memiliki titik temu sehingga ketetapan Ramadan ada kesamaan,’’ kata dia.

Namun, meski nanti belum ada kesepakatan, menurutnya bukan sebuah masalah. Sebab, masing-masing ormas Islam memiliki pegangan dan aturan sendiri. ’’Ada dasar agamanya. Dan ada dua hadis berbeda dan ada unsur ibadah. Itu telah menjadi pegangan dan keyakinan masing-masing. Bagi yang sudah yakin Ramadan itu datang, dan berpuasalah,’’ ungkap dia. (yan/hen)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan