Mengintip Keseruan Pengadilan Buku Gerbang Dialog Danur

Gelap, Tapi Penuh Tawa

BANDUNG WETAN – Malam Jumat (2/4), Kantinnasion The Panasdalam di Jalan Ambon terlihat lebih ramai dari biasanya. Wajah-wajah anak muda mendominasi pengunjung yang hadir malam itu. Di Pengadilan The Panasdalam yang terletak di samping kantin, terpampang spanduk hitam bertuliskan, Membuka Kembali Gerbang Dialog Danur. Di bawah spanduk itu masih ada tulisan, bersama Risa Saraswati.

Semakin malam, suasana di pengadilan semakin riuh, meski tidak menjadi ricuh. Tiba-tiba lampu padam. Seketika, suasana gelap gulita. Tapi tak lama kemudian, pihak kantin membawakan beberapa lilin untuk menerangi jalannya sidang. Pidi Baiq malam itu didapuk sebagai Hakim atau host.

Di tengah cahaya lilin, Pidi menanyai Risa yang saat itu adalah ‘terdakwa’. Sambil disaksikan puluhan pasang mata yang memandangi mereka dengan seksama. ’’Kenapa kamu menulis? Apakah untuk uang, pengakuan, atau daripada nganggur?’’ tanya Pidi diikuti tawa para anggota sidang.

Jawaban Risa sederhana, ’’Karena dipaksa Syafial (editor),’’ ujarnya. Tak puas dengan jawaban itu, Pidi bertanya lagi. ’’Apa efeknya kamu dipaksa menulis sama dia,’’ ucap pria yang selalu memakai topi itu. Lagi-lagi, jawaban Risa sederhana, namun lebih mantap. ’’Karena dipaksa, saya jadi pede (percaya diri) untuk menulis,’’ tegasnya. Atas dasar jawaban itu, Pidi menyimpulkan bahwa dipaksa itu bagus.

Suasana sidang bergulir semakin santai. Tawa lebih sering terdengar, karena celetukan sang hakim yang memang kocak. Tak lama, lampu pun nyala kembali. Pengadilan yang dimaksud di sini tak seperti pengadilan sesungguhnya, yang menanyai terdakwa karena kesalahan yang dibuatnya. Justru, pengadilan ini lebih menonjolkan prestasi ‘terdakwa’. Risa yang merupakan penulis buku Gerbang Dialog Danur, ditanyai oleh sang hakim mengenai motifnya menulis buku. Dan cerita-cerita lain di balik penulisan buku ini.

Gerbang Dialog Danur sendiri bercerita tentang lima hantu yang merupakan sahabat Risa. Mereka adalah Peter, Hans, Hendrick, William, dan Janshen. Risa bersahabat dengan kelimanya sejak duduk di bangku SD. Isi buku ini tidak hanya diceritakan dari sudut pandang Risa. Tapi juga menceritakan masa lalu hantu-hantu itu.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan