Mengenal Aris Nugraha, Sutradara Preman Pensiun dan Bajaj Bajuri

Terlebih, orangtua meminta Aris untuk bekerja saja. Sebab, sebagai anak pertama laki-laki, Aris dituntut untuk bisa membantu orangtua secara finansial. Sebelumnya, dia juga sempat meminta melanjutkan pendidikan di sekolah film. Namun, tidak direstui orangtua. ’’Di situ saya merasa mimpi saya akan sulit dijangkau. Orangtua nyuruhnya cari kerja yang jelas aja,’’ ucapnya.

Pria yang kerap mengenakan celana pangsi hitam di setiap kesempatan ini mengaku, saat berusia18 tahun pernah menjadi loper koran. Namun, dia juga aktif bermain teater bersama teman-teman lopernya yang lain. Setelah itu, Aris sempat menjadi pramuniaga toko yang tugasnya memberi pengumuman melalui pengeras suara. Tahun 1992, Aris pernah pula menjajaki dunia jurnalistik dengan menjadi reporter di suatu majalah nasional yang fokus pada lingkungan dan holtikultura.

Tetapi, hal itu tidak berlangsung lama. Setelah mendengar ada lowongan kerja di sebuah production house, Aris tidak pikir panjang. Dia langsung melamar kerja dengan percaya diri. Padahal, pekerjaan yang Aris isi hanya sebagai clapper. ’’Tapi saya belajar banyak. Dari satu satu tempat syuting ke tempat lainnya,’’ ujar dia.

Kemudian pada tahun 1997, perusahaan tempat dia bekerja bangkrut. Diapun mencari pekerjaan lain, hingga akhirnya bertemu seorang warga Polandia. Dialah yang mengajak Aris mengikuti workshop perfilman. ’’Dua tahun workshop untuk menghasilkan Bajaj Bajuri,’’ ucapnya.

Menurut Aris, sebuah skenario yang baik oleh sutradara yang baik, akan menghasilkan masterpiece. Tak heran, Preman Pensiun bisa jadi hits, karena 100 persen skenario. Selain itu, polemik premanisme memang ada, bukan masalah yang dibuat-buat. Seperti, perebutan kekuasaan, saling adu domba, pandangan masyarakat terhadap preman dan lain-lain. Dan itu terjadi tidak hanya di Kota Bandung. Hal ini pula yang membuat Preman Pensiun bisa diterima masyarakat luas. ’’Supaya bisa diterima secara nasional, persoalan yang diangkat harus global,’’ tegasnya.

Dalam memilih pemain, Aris tidak main-main. Dia tidak mau meng-hire pemain yang sok Sunda-Sundaan. Harus Sunda beneran, supaya lokalnya lebih terasa, katanya. Makanan yang hadir dalam sinetron juga berasal dari tanah Priangan semua. Ditambah, lokasi syuting yang tempatnya benar-benar ada, bukan dibuat sendiri, sehingga menambah ‘rasa’ sendiri saat masyarakat menonton Preman Pensiun.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan